ANGKOLA KONSELING MINISTRY

Minggu, 25 Maret 2012

Berdoa Dalam Pndampingan Pastoral



Berdoa atau di doakan merupakan kebutuhan bagi banyak orang baik itu dalam keadaan sukacita, pergumulan atau krisis. Dan umumnya bagi sebagian orang keinginan untuk berkomunikasi kepada pencipta. Ini diakibatkan oleh karena doa dianggap merupakan sebuah kekuatan dari komunikasi dengan yang adikuardrati. Akn tetapi bagi sebagian orang ada ketakutan untuk berdoa oleh karena mereka tidak tau bagaimana, kapan, dimana dan doa untuk apa.
Kita berdoa karena Tuhan mengajak kita untuk berdoa dihadapannya dan secara khusus Johanes mengajak kita untuk berdoa kepada oranag lain (joh 5:16). Jesus member jaminan pasti bahwa setiap doa yang dipanjatkan didalam namaNya akan di jawab (mat 18:19-20. Dalam berdoa yang terpenting adalah bukan untuk dilihat namunmembawa beban seseorang dan mengundang kehadiran Tuhan dalam proses.
Doa bisa dilakukan kapan saja oleh karea itu seorang pendamping harus menghindari keinginan untuk menyenting  waktu untuk berdoa ketika mendampingi.
Dalam pastoral seorang konselor tidak akan pernah berdoa dari keinginannnya sendiri, doa dan isi doa harus berorientasi pada percakapan dan kebutuhan konseli. 

Dalam berdoa jangan memaksakan kehendak diri sendiri utuk berdoa umpamanya “saya ingin berdoa sekarang”, kalimat ini menyatakan kita yang mendampingi yang ingin berdoa. Bila kita  menginginkan doa itu merupakan keinginan dari yang di damping  kita bisa mengungkapkan ungkapan seperti:
-      …apakah anda ingin kita berdoa bersama sekarang?
-      Kita sudah berbincang bincang banyak hal dengan berbagai perasaan didalamnya, apakah baik bagi anda bila kita ungkapkan ini juga dalam doa kepada Yesus?
-      Boleh kah kita berdoa untuk apa yang anda ungkapkan?
-      Hal-hal apa yangingin kita masukkan dalam doa?
Bila ada sebagaian yang menolak untuk berdoa bersama dengan anda, kuasai diri sehingga tidak merasa ditolak, karena bisa saja ia melampiaskan kemarahannya karena merasa kecewa dengan berbagai hal dan dia tak kuasa menolak namun dia memiliki kesempatan untuk menolak tawaran kita untuk berdoa

Sabtu, 24 Maret 2012

Jangan Meratapi Nasib



Kelinci memang dari dulu terkenal sebagai hewan yang bernyali kecil, sering ketakutan tanpa alasan yang jelas, sesegera mungkin menyingkir bila dia merasa terganggu keamanannya. Suatu hari, terlihat sekelompok kelinci sedang berkumpul di tepi sebuah sungai, mereka sibuk berkeluh kesah meratapi nyalinya yang kecil, mengeluh kehidupan mereka yang senantiasa dibayangi dengan mara bahaya. Semakin mereka ngobrol, semakin sedih dan ketakutan memikirkan nasib mereka. Alangkah malangnya lahir menjadi seekor kelinci. Mau lebih kuat tidak punya tenaga, ingin terbang ke langit biru tidak punya sayap, setiap hari ketakutan melulu. Mau tidur nyenyak pun sulit karena terganggu oleh telinga panjang yang tajam pendengarannya sehingga matanya yang berwarna merah pun semakin lama semakin merah saja. Mereka merasa hidup ini tidak ada artinya. Dari pada hidup menderita ketakutan terus, mereka berpikir lebih baik mati saja. Akhirnya mereka mengambil keputusan beramai-ramai hendak bunuh diri dengan melompat dari tepian tebing yang tinggi dan curam. Maka para kelinci terlihat berbondong-bondong menuju ke arah tebing. Saat mereka melewati pinggir sungai, ada seekor katak yang terkejut melihat kedatangan kelinci yang berjumlah banyak. Tergesa-gesa si katak ketakutan dan segera meloncat ke sungai melarikan diri. Walaupun si kelinci sering menjumpai katak yang melompat ketakutan saat melihat kelinci melintas, tetapi sebelum ini mereka tidak peduli. Berbeda untuk kali ini. Tiba-tiba ada seekor kelinci yang tersadar dari kesedihannya dan langsung berteriak, “Hei, berhenti! Kita tidak usah ketakutan sampai perlu harus bunuh diri”. Karena lihat lah, ternyata ada hewan lain yang lebih tidak bernyali dibandingkan kita yakni si katak yang terbirit-birit saat melihat kita! Mendengar kata-kata itu, kelinci yang lain tiba-tiba pikiran dan hatinya terbuka, seoleh-oleh tumbuh tunas keberanian di hati mereka. Maka dengan riang gembira mereka mulai saling membesarkan diri masing-masing, “iya, kita tidak perlu ketakutan!”. “Tuh kan , ada mahluk lain yang lebih pengecut dari kita”, “Iya, kita harus semakin berani”. Perlahan-lahan mereka berbalik arah kembali kearah pulang dengan riang gembira dan melupakan niatnya untuk bunuh diri. Makna dari cerita di atas: Saat keberuntungan sedang tidak memihak kepada kita, Jangan suka meratapi nasib yang dirundung malang seakan-akan hanya kitalah mahluk paling menderita di muka bumi ini. Lihatlah disekeliling kita. Masih begitu banyak orang yang lebih susah, sengsara dan sial dibandingkan kita. Jika mereka yang hidup dalam kekurangan tetapi mampu menjalaninya dengan tegar dan tetap berjuang, kenapa kita tidak? Apapun keadaan kehidupan kita hari ini, seharusnya kita jalani dengan optimis dan aktif, nasib tidak akan dapat kita robah tanpa kita sendiri yang siap merobahnya. dan tentunya dalam Iman terhadap Yesus Kristus

KITA PASTI BERTUMBUH


KITA PASTI BERTUMBUH

Suatu ketika, ada sebuah pohon yang rindang. Dibawahnya, tampak dua orang yang sedang beristirahat. Rupanya, ada seorang pedagang bersama anaknya yang berteduh disana. Tampaknya mereka kelelahan sehabis berdagang dikota.
Dengan menggelar sehelai tikar, duduklah mereka dibawah pohon yang besar itu. Angin semilir membuat sang pedagang mengantuk. Namun, tidak demikian dengan anaknya yang masih belia. "Ayah, aku ingin bertanya..."terdengar suara yang mengusik ambang sadar si pedagang
Sang Ayah yang awalnya mengantuk, kini tampak siaga. Diambilnya sebuah benih, di atas tanah yang sebelumnya di kais-kais oleh anaknya. Diangkatnya benih itu dengan ujung jari telunjuk. Benda itu terlihat seperti kacang yang kecil, dengan ukuran yang tak sebanding dengan tangan pedagang yang besar-besar.  kemudian, ia pun mulai berbicara
Sang Ayah yang awalnya mengantuk, kini tampak siaga. Diambilnya sebuah benih, di atas tanah yang sebelumnya di kais-kais oleh anaknya. Diangkatnya benih itu dengan ujung jari telunjuk. Benda itu terlihat seperti kacang yang kecil, dengan ukuran yang tak sebanding dengan tangan pedagang yang besar-besar.  kemudian, ia pun mulai berbicara

"Kapan aku besar, Ayah? Kapan aku bisa kuat seperti Ayah, dan bisa membawa dagangan kita ke kota?"
"Sepertinya", lanjut sang bocah, "Aku tak akan bisa besar. Tubuhku ramping seperti Ibu, berbeda dengan Ayah yang tegap dan berbadan besar. Kupikir, aku tak akan sanggup memikul dagangan kita jika aku tetap seperti ini."
Jari tangannya tampak mengores-gores sesuatu di atas tanah.
Lalu, ia kembali melanjutkan, "Bilakah aku bisa punya tubuh besar sepertimu, Ayah?"
"Nak, jangan pernah malu dengan tubuhmu yang kecil. Pandanglah pohon besar tempat kita berteduh ini. Tahukah kamu, batangnya yang kokoh ini, dulu berasal dari benih yang sekecil ini. Dahan, ranting dan daunnya, juga berasal dari benih yang Ayah pegang ini. Akar-akarnya yang tampak menonjol, juga dari benih ini. Dan kalau kamu menggali tanah ini, ketahuilah, sulur-sulur akarnya yang menerobos tanah, juga berasal dari tempat yangsama."
Diperhatikannya wajah sang anak yang tampak tertegun. "Ketahuilah Nak, benih ini menyimpan segalanya. Benih ini menyimpan batang yang kokoh, dahan yang rindang, daun yang lebar, juga akar-akar yang kuat. Dan untuk menjadi sebesar pohon ini, ia hanya membutuhkan angin, air, dan cahaya matahari yang cukup. Namun jangan lupakan waktu yang membuatnya terus bertumbuh. Pada mereka semualah benih ini berterima kasih, karena telah melatihnya menjadimahlukyangsabar."
"Suatu saat nanti, kamu akan besar Nak. Jangan pernah takut untuk berharap menjadi  besar, karena bisa jadi, itu hanya butuh ketekunan dan kesabaran."
Terlihat senyuman di wajah mereka. Lalu keduanya merebahkan diri, meluruskan pandangan ke langit lepas, membayangkan berjuta harapan dan impian dalam benak. Tak lama berselang, keduanyapun terlelap dalam tidur, melepaskan lelah mereka setelah seharian bekerja.
Jangan pernah merasa malu dengan segala keterbatasan. Jangan merasa sedih dengan ketidaksempurnaan. Karena Allah, menciptakan kita penuh dengan keistimewaan. Dan karena Allah, memang menyiapkan kita menjadi mahluk dengan berbagai kelebihan.
Mungkin suatu ketika, kita pernah merasa kecil, tak mampu,tak berdaya dengan segala persoalan hidup. Kita mungkin sering bertanya-tanya, kapan kita menjadi besar, dan mampu menggapai semua impian, harapan dan keinginan yang ada dalam dada. Kita juga bisa jadi sering membayangkan, bilakah saatnya berhasil?
Kapankah saat itu akan datang? Teman, kita adalah layaknya benih kecil itu. Benih yang menyimpan semua kekuatan dari batang yang kokoh, dahan yang kuat, serta daun-daun yang lebar. Dalam benih itu pula akar-akar yang keras dan menghujam itu berasal.  Namun, akankah Allah membiarkan benih itu tumbuh besar, tanpa alpa dengan bantuan tiupan angin, derasnya air hujan, dan teriknya sinar matahari?
Begitupun kita, akankah Allah membiarkan kita besar, berhasil, dan sukses, tanpa pernah merasakan  ujian dan cobaan?
Akankah Allah lupa mengingatkan kita dengan hembusan angin "masalah", derasnya air "ujian" serta teriknya matahari "persoalan"?
Tidak Teman. Karena Allah Maha Tahu, bahwa setiap hambaNya akan menemukan jalan keberhasilan, maka Allah akan tak pernah lupa dengan itu semua.
Jangan pernah berkecil hati. Semua keberhasilan dan kesuksesan itu telah ada dalam dirimu.

Musik sebagai Alat Konseling


Musik sebagai Alat Konseling

images2.jpg Musik dapat berfungsi sebagai ungkapan perhatian, baik bagi para pendengar yang mendengarkan maupun bagi pemusik yang menggubahnya, Daud mengambil kecapi dan memainkannya; Saul meresa lega dan nyaman, dan roh yang jahat itu undur daripadanya” (I Samuel 16:23b). Kualitas musik yang ikut ambil andil terhadap fungsi-fungsi ungkapan perhatian adalah strukturnya dan urutan matematis yang ditujukan kepada ketidakberesan dalam kehidupan seseorang. Berperan serta dalam suatu pengalaman musikal, seperti menyanyi, dapat menghasilkan integrasi pribadi — mempersatukan tubuh, pikiran, dan roh.
Bagi penyanyi dalam sebuah kelompok, musik memberikan suatu komunikasi yang intim dan emosional antara pemimpin dan anggota kelompok secara individu dan antara anggota itu sendiri yang terjadi bahkan ketika hubungan antarpribadi terbatas atau/dan pecah. Musik dapat mempersatukan suatu kelompok yang beraneka ragam menjadi suatu unit yang fungsional. Fungsi musik sebagai ungkapan perhatian dapat dilihat dalam hal musik dialami sebagai suatu pemberian dari orang-orang yang kelihatannya tidak memilki apa-apa.
1. Musik sebagai Terapi dan Ungkapan Perhatian
Penggunaan musik sebagai ungkapan perhatian dan suatu terapi tambahan bagi konseling pastoral melibatkan integrasi dari beberapa disiplin sejarah: pendidikan musik, pelayanan musik, dan terapi musik. Terapi musik merupakan yang paling muda dari ketiga bidang ini dan yang langsung berhubungan dengan aplikasi klinis musik.
Kata terapi dalam konteks ini berarti lebih daripada sekadar ‘penyembuhan suatu penyakit’. Tetapi, dalam zaman stres, penuh keraguan, penuh perpecahan, putus asa, dan kekalahan ini, musik dapat disebut sebagai terapi yang menstimulasi, memulihkan, menghidupkan, mempersatukan, membuat seseorang peka, menjadi saluran dan memerdekakan. Terapi musik memiliki suatu kapasitas yang unik dan mapan sehingga memungkinkan terjadinya perubahan hidup.
Musik merupakan bagian dari musik temporal, yaitu bahwa musik hadir dalam tari dan drama. Musik mengandung kumpulan yang sistematis dan teratur dari berbagai komponen suara — irama, melodi, dan keselarasan — untuk dapat dilihat den dinikmati. Musik, seperti bentuk seni lainnya, merupakan ekspresi yang penuh gaya. Musik melibatkan pengelolaan serta keterampilan dari materi artistik sehingga dapat menyajikan atau mengkomunikasikan suatu hal tertentu, gagasan, atau keadaan perasaan.
Musik dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang: sejarah, teori, filsafat, estetika, atau fungsional. Musik, yang fungsi utamanya lebih bersifat sociologi atau psikologis daripada estetika murni, adalah musik fungsional. Dengan perkataan lain, kapan pun musik digunakan dengan tujuan utama lebih menitikberatkan pada musik nya, maka musik telah digunakan secara fungsional. Penggunaan musik secara estetika, di pihak lain, merupakan “musik demi musik belaka” atau “musik demi kepuasan artistik”. Sebenarnya kebanyakan musik berfungsi sebagai kedua hal tersebut pada batas tertentu sehingga suatu klasifikasi yang eksak kadang-kadang sulit diperoleh.
Suatu pembedaan seharusnya dibuat antara penggunaan musik secara terapis dalam suatu cara yang informal dan tanpa bentuk dan penggunaan terapi musik sebagai suatu dimensi khusus dari suatu cara terapi yang terintegrasi. Mula-mula pengalaman musikal dapat dipilih sendiri oleh pasien atau diusuikan oleh terapis, dan mungkin dapat memasukkan aktivitas-aktivitas seperti peran serta dalam paduan suara gereja atau koor umum, menghadiri pagelaran konser, ikut pelajaran musik, dan lain-lain, mengingat terapi musik formal sering menggunakan irama sederhana den instrumen perkusi yang dapat dimainkan oleh hampir setiap orang.
Dalam sebuah klinik, seseorang dapat juga memperoleh pengalaman musikal dengan “nilai terapetis” yang tidak akan merupakan terapi musik formal. Misalnya, mereka dapat berpartisipasi dalam nyanyi bersama dalam acara rekreasi, mendengarkan rekaman musik yang inspirational, atau menyanyikan lagu pujian di sisi tempat tidur pasien.
Di pihak lain, terapi musik, sebagai disiplin saintifik, menyangkut pemanfaatan secara hati-hati dan intensional dari semua dinamika yang dalam dan potensial yang berhubungan dengan pengalaman musikal, termasuk memilih, memasang, dan memainkan musik itu sendiri, selain hubungan dengan interaksi antara terapis dan pasien.
Dalam arti yang lebih formal, terapi musik dapat dijabarkan sebagai suatu aktivitas kelompok secara umum dari lingkungan pergaulan terapetik dalam bentuk kelompok nyanyi, koor atau ensambel musik, dan kelas apresiasi musik atau secara perorangan dapat ditujukan kepada pasien tertentu berdasarkan kebutuhan terapi mereka yang unik dan kecakapan dalam bentuk vokal atau latihan instrumen dan teori musik dan pelajaran komposisi.
Pilihan materi musik, medium musik, tingkat kompeksitas, dan sasaran terapetik merupakan suatu keputusan dan kerja sama terapis, terapis musik, dan pasien. Seperti dalam semua cara terapi, terapi musik menyangkut penilaian terhadap pasien, aktivitas yang akan dilakukan (termasuk sasaran), pengalaman terapetik, dan evaluasi.
Kadang-kadang terapi musik dapat digabungkan secara efektif dengan aktivitas seni lain yang kreatif, misalnya, menari, psikodrama, puisi dan tulisan kreatif, melukis dan membuat patung dan bermacam bentuk terapi pertukangan (kerajinan tangan, perkayuan, dan hortikultura). Selanjutnya, setiap terapi tambahan dapat menjadi kapasitas yang unik untuk menstimulasi. dan mengaktualisasikan potensi kreatif yang dimiliki individu. Secara psikologis, semua bentuk eskpresi artistik memiliki kapasitas untuk memberi kepuasan kebutuhan akan ego dasar dari individu terutama, untuk merasa memiliki, mencapai, mengungguli, memuja, memimpikan, mengasihi dan dikasihi, dan mengembangkan suatu citra diri yang positif.
Tetapi musik menempati posisinya yang kuat di antara terapi-terapi seni kreatif karena beberapa alasan. Pertama, musik secara tradisional dan secara benar disebut sebagai “bahasa universal”. Setiap kultur memiliki tradisi musikal yang mencakup seluruh bidang kehidupan agama, sosial, estetika, dan komersial. Kedua, musik merupakan seni yang serba guna dan dapat diperoleh. Hampir setiap orang dapat terlibat dalam aktivitas musik dengan kadar kemampuan yang sama. Akhirnya yang ketiga, musik terutama musik vokal dengan gabungan musik dan puisi, mampu mengekspresikan dan membangkitkan seluruh tangga nada emosi, nilai-nilai, aspirasi, serta pengalaman manusia.

2. Musik sebagai Terapi Tingkah Laku

Terapi musik lebih daripada sekadar penghiburan, lebih daripada sekadar pengalaman yang mendidik atau suatu aktivitas sosial, walaupun pada batas tertentu, berfungsi sebagai penghiburan, bersifat mendidik, dan maksud-maksud sosial. Secara tehnis, terapi musik telah didefinisikan sebagai “suatu sistem yang telah dikembangkan secara maksimal untuk menstimulasi dan mengarahkan tingkah laku untuk mencapai sasaran terapi yang benar-benar jelas. Salah satu penyajian yang terbaik dan paling singkat dari kerangka konseptual ini adalah yang diberikan oleh William Sears dalam makalahnya yang berjudul Proces in Music Therapy:
a. Musik memberikan pengalaman di dalam struktur.
Sasarannya ialah untuk memperpanjang komitmen kepada aktivitas, untuk membuat aneka ragam komitmen, dan mestimulasi kesadaran akan manfaat yang diperoleh. Dengan cara yang tidak memaksa, musik menuntut tingkah laku yang sesuai dengan urutan waktu, realitas yang teratur, kecakapan yang teratur, dan pengaruh yang teratur. Musik menimbulkan gagasan dan asosiasi ekstra musikal.
b. Musik memberikan pengalaman dalam mengorganisasi diri.
Pengalaman mempengaruhi sikap, perhatian, nilai-nilai, dan pengertian seseorang. Sasaran harus memberikan kepuasan sehingga seseorang akan berusaha untuk memperoleh lebih banyak pengalaman serupa yang aman, baik, dan nikmat. Musik menyediakan kesempatan untuk ekspresi diri dan untuk memperoleh kecakapan baru yang memperkaya citra diri (terutama bagi yang memiliki handikap).
c. Musik memberikan pengalaman dalam, hubungan antarpribadi.
Musik merupakan kesempatan untuk pertemuan kelompok di mana individu telah mengesampingkan kepentingannya demi kepentingan kelompok. Sasarannya ialah untuk memperbanyak jumlah anggota dalam kelompok, menambah jangkauan, dan variasi interaksi, dan menyediakan pengalaman yang akan memudahkan melakukan adaptasi terhadap kehidupan di luar lembaga. Pengalaman kelompok memungkinkan seseorang berbagi rasa secara intens dalam cara-cara yang secara sosial dapat diterima, musik memberkan penghiburan dan rekreasi, yang diperlukan bagi lingkungan terapi secara umum. Bantuan pengalaman. dalam pengembangan kecakapan sosial secara realitisk dan pola tingkah laku pribadi yang dapat diterima secara lembaga dan kelompok sebaya dalam masyarakat.
Yang jelas, terapi musik profesional kebanyakan dipraktekkan secara efektif oleh seseorang yang telah dilatih secara khusus dalam disiplin ini. Seorang terapis musik yang sudah memiliki izin praktek, memiliki orientasi yang, seimbang dalam berbagai bidang dan pendidikan musik, kemanusiaan, dan ilmu yang berkaitan dengan tingkah laku manusia, selain keahlian terapi musik secara kedokteran dalam sebuah pusat,latihan klinis yang baik. Pemanfaatan seni kreatif dalam. cara yang inovatif memberikan suatu tantangan baru dan iringan kepada para pendeta, pemusik, dan bermacam-macam terapis kepada tiga kelompok di atas tantangannya sama, yaitu untuk lebih memperhatikan kehidupan pribadi seorang pasien dan secara psikologis lebih menyadari akan peran profesional yang lebih kaya, kebutuhan kompleks dari orang-orang yang dilayani mereka, dan kedalaman dimensi dari semua media artistik (terutama musik, tari dan drama).
Perkembangan-perkembangan mutakhir ini juga menyiratkan bahwa struktur dari pelayanan melalui lembaga perlu diperluas dan diperkaya. Ada suatu kebutuhan untuk melaksanakannya dalam suatu lembaga serupa dengan “konsep pelayanan berganda” yang ada dalam gereja setempat. Observasi religius dan proses penciptaan musik selalu berhubungan erat. Kualitas dari karya yang objektif, rasional, dan konseptual selalu dipersulit dan diintensifkan oleh kualitas musik dan tari yang subjektif, yang secara relatif tidak rasional, dan emosional.
Dalam latar belakang lembaga, baik kaum profesional religius (pendeta, konselor) dan kaum profesional musik (pelayanan musik, terapis musik) belajar untuk memandang dan melakukan tugas terhormat. mereka sebagai bagian yang unik tetapi pokok dari suatu perawatan seutuhnya. Pendekatan multi disiplin dan seutuhnya akan menjadi tanda dari perawatan institusional yang terbaik. Terlebih dari itu, konsep-konsep inovatif ini sudah diterapkan dalam rrang lingkup jemaat setempat dengan basil yang positif.