ANGKOLA KONSELING MINISTRY

Jumat, 13 Mei 2011

Trauma Konseling


TRAUMA KONSELING
I.                   Latar Belakang Masalah
Pada tahun 2010 ini tepatnya sejak bulan September hingga sekarang Indonesia dilanda oleh berbagai macam bencana yang mengancam jiwa manusia seperti ancaman Gunung Sibayak di tanah Karo Sumatra Utara, Banjir di Wasior, Letusan Gunung merapi di Jawa Tengah, sunami di Mentawai Sumtra Barat, serta ancaman gunung anak Krakatau dan Bromo. Tidak bisa disanggal kejadian-kejadian ini sudah menjadikan kehilangan, kemarahan, ketakutan, ketidak nyamanan bagi manusia yang melihat terlebih yang mengalami secara langsung kejadian bencana-bencana ini.
Demikian juga dengan kejadian-kejadia yang diberitakan atau yang dilihat sendiri adanya tindakan-tindakan kekerasan, penganiayaan yang tidak  habis-habisnya terjadi setiap hari. Ada juga kesalahan-kesalahan manusia seperti, kesalahan medis, tabrakan, kematian mendadak dan sebagainya. Tidak jarang hal ini akan menjadikan ketakutan, kecemasan serta ketegangan bagi manusia. dari bebrapa kejadian yang terjadi (meskipun belum kita survey secara data pasti) bukanlah suatu yang berlebihan bila dikatakan bahwa disekitar kita telah meningkat trauma-trauma yang di alami oleh manusia. Dimana setiap mereka membutuhkan pertolongan/pendampingan agar mereka lepas dari perasaan yang menghantui mereka.
Melalui sajian ini kita akan membahas mengenai apakah itu trauma, mengapa orang bisa trauma serta hal apa yang dapat dilakukan untuk menolong orang yang dalam atau postrauma.  

2. Etimologi
Trauma berasal dari bahasa Yunani trauma atau traumatos dalam bahasa psikiater, kata ini berarti suatu pengalaman emosional atau peristiwa yang mengejutkan dan peristiwa ini memiliki dampak kejiwaan yang berkelanjutan. Jadi secara etimologi, peristiwa traumatis adalah peristiwa yang di dalamnya melibatkan pengalaman emosional dan mengejutkan sehingga berdampak dalam jiwa atau batin seseorang pada masa kecil, remaja, ataupun dalam kehidupan keluarga.[1]
Trauma bisa diakibatkan oleh manusia (pelecehan seksual, pembunuhan dll) atau bencana alam, perang, kekerasan, kecelakaan dan tindakan-tindakan medis. Atau secara singkat dikatakan trauma disebabkan  oleh berbagai macam hal, namun ada aspek umum yang menjadikan orang trauma yaitu benturan pemahaman seseorang terhadap dunia maupun manusia sehingga dia mearasa berada dalam suatu situasi yang kacau, tidak aman akhirnya dia menjadi shock. [2]
Efek aftershock ini baru terjadi setelah beberapa jam, hari, atau bahkan berminggu-minggu. Respon individual yang terjadi umumnya adalah perasaan takut, tidak berdaya, atau merasa ngeri. Kondisi tersebut disebut juga dengan stres pasca traumatik atau Post Traumatic Stress Disorder/ PTSD

3. Pendalaman
Setiap  orang  akan memiliki respond yang berbeda terhadap suatu masalah. Ada orang yang mengangap bahwa sesuatu hal itu adalah berat sehingga dengan kejadian yang terjadi hati/perasaannya terluka akhirnya ia menjadi trauma. Di sisi lain ada orang yang menganggap suatu kejadian yang terjadi merupakan biasa-biasa saja dalam artian tidak melukai hati/perasaannya. Oleh karena itu yang  menjadikan orang trauma atau tidak bukan tergantung kepada kejadian melainkan terkantung kepada bagaimana seseorang menanggapi suatu kejadian.
Meskipun demikian ada juga orang yang tidak menyadari dengan pasti mengapa ia memiliki ketakuatan yang luar bisa terhadap seseuatu mahluk, benda atau kejadian. Karena bisa saja hal itu sudah lama berada dalam bawah alam sadar namun oleh karena muncul kembali, ketakutan yang lama muncul kebali dan ia ternyata sudah mengalami trauma.
Setelah pengalaman traumatik, seseorang bisa saja mengalami kembali trauma secara mental dan psikologis, sebab itu bagi orang yang mengalami trauma terhadap suatu event, mereka akan berupaya untuk menghindari hal-hal yang mengingatkan pada trauma tersebut. Karena bagi mereka hal itu merupakan yang tidak mengenakkan serta menyakitkan. Oleh karena itu orang yang trauma mencari pelarian untuk menghilangkan perasaannya seperti minum alcohol, panik yang luar biasa ketika ia dingingatkan, atau di hadapkan dengan hal-hal yang membuat dia trauma. Karena bagi orang yang memiliki traumatic event, dengan mengalami kembali kejadian yang hampir sama akan menjadikan tubuh dan pikirannya aktif untuk bergumul  kembali. [3]
Banyak orang  yang menganggap bahwa perasaan traumanya sebagai sesuatu penyakit yang permanen. dengan pemahaman itu mereka menjadi berupaya nyaman dengan  perasaan trauma yang mereka miliki dan akhirnya  mereka percaya bahwa feeling traumatic mereka tidak dapat di sembuhkan. Hal ini akan menjadikan suatu perasaan putus asa, dan mereka menjadi kehilangan kepribadian dan menjadi depresi.[4]

3.1 Etiologi[5]
Ada bebrapa tangapan pemicu trama diantaranya:
-         Etiologi Psikoanalisis
Bisa disebabkan pengalaman masa lalu yang tanpa disadari individu telah membuat individu menjadi trauma dan cemas berlebihan. Dengan kata lain, ada konflik – konflik tak sadar yang tetap tinggal tersembunyi dan merembes ke syaraf kesadaran.
-         Etiologi Kognitif
Adanya cara berpikir yang terdistorsi dan disfungsional, bisa meliputi beberapa hal seperti : prediksi berlebihan terhadap rasa takut, keyakinan yang self – defeating atau irasional, sensitiviras berlebihan terhadap ancaman, sensitivitas kecemasan, salah mengatribusikan sinyal – sinyal tubuh,serta self – efficacy yang rendah
-         Etiologi Behavioral
Etiologi terjadinya PTSD dapat dijelaskan dengan menggunakan pendekatan behavioral dengan kerangka pikir conditioning. Dalam perspektif classical Conditioning, pengalaman traumatis berfungsi sebagai stimulus tak terkondisi yang dipasangkan dengan stimulus netral seperti sesuatu yang dilihat, suara, dan bau yang diasosiasikan dengan gambaran trauma. Pemaparan terhadap stimuli yang sama atau hampir sama memunculkan kecemasan yang diasosiasikan dengan PTSD

3.2 Post Traumatic Stress Disorder
      Akibat yang ditimbulkan oleh trauma disebut pasca trauma, diukur dari beberapa aspek: Jenis, bentuk, frekuensi, durasi, pihak atau peristiwa traumatik. Trauma dapat dialami langsung atau tidak langsung oleh individu dan tetap menimbulkan efek traumatik.  Dengan demikian, menyaksikan peristiwa traumatic yang dialami oleh orang lain dapat menimbulakan efek trauma juga.
Bagi sebagian orang yang mengalami trauma akan muncul symptom[6]: Symtomps yang muncul pada Post Traumatic Stress Disorder meliputi:
1.  Ingatan atau bayangan mencengkeram tentang trauma, atau merasa seperti kejadian terjadi kembali ("Flashbacks").
2. Respon-respon fisik seperti dada berdebar, munculnya keringat dingin, lemas tubuh atau sesak nafas saat teringat atau berada dalam situasi yang mengingatkan pada kejadian.
3. Kewaspadaan berlebih, kebutuhan besar untuk menjaga dan melindungi diri.
4. Mudah terbangkitkan ingatannya bila ada stimulus atau rangsang yang berasosiasi dengan trauma (lokasi, kemiripan fisik atau suasana, suara dan bau, dan sebagainya).
Untuk beberapa orang bisa terjadi[7] :
1.      Mimpi buruk, gangguan tidur
2.      Gangguan makan: mual dan muntah, kesulitan makan, atau justru kebutuhan sangat meningkat untuk mengkonsumsi makanan
3.      Ketakutan, merasa kembali berada dalam bahaya
4.      Kesulitan mengendalikan emosi atau perasaan, misalnya menjadi sensitif, cepat marah dibanding biasanya dan suasana hati bisa berubah secara dramastis, bisa menjadi cemas atau nerveous atau bahkan menjadi depresi.
5.      Kesulitan untuk berkonsentrasi atau berpikir jernih atau membuat keputusan-keputusan serta lebih mudah bingung.
6.      Gejala-gejala fisik bisa menyertai stress yang ekstrim. Umpamanya saja timbul sakit kepala. Mual dan nyeri dada dan memerlukan perhatian medis.


3.3 Terapi untuk orang yang mengalami tauma
Beberapa cara untuk mengatasi trauma diantaranya:
1.      Menngali penyebab terjadinya trauma, sikonselor membibing konseli untuk terbuka akan akar pahit yang di alaminya dengan memfasilitasi konseli mengingat kembali bagaimana suatu even terjadi.
2.      Kembali lagi pada peristiwa saat itu, dan mengeluarkan emosi yang seharusnya dia keluarkan saat itu. Tentunya dengan bantuan seorang ahli terapi dia mengunjungi kembali saat itu dan mengeluarkan perasaannya yaitu perasaan takut, marah, diekspresikan semua.
3.      Setelah itu baru masuk ke yang disebut di dalam ilmu terapi ke arah yang bersifat kognitif. Yaitu penyembuhan kognitif artinya dia akan diajar atau mulai belajar melihat hidup ini atau situasi ini dengan kaca mata yang berbeda diantaranya:
-         Terapi behavior lewat proses khusus yang melibatkan pengandaian mental dari peristiwa yang memicu traumatik dan disandingkan dengan terapi relaksasi. Dengan teknik ini, penderita akan menanggulangi rasa takutnya pada pemicu trauma. Disini digunakan tehnik rileksasi sembari konseli dibimbing dengan cermat agar mau mengungkapkan cerita mengenai peristiwa traumatis.
-         Terapi kognitif untuk menghadapi efek peristiwa penyebab trauma. Terapi dengan cara si penderita bercerita bisa membantu penderita mengurangi kenangan buruk masa silam.  Kemudian seorang dibimbing belajar tahap demi tahap untuk mengembangkan strategi-strategi menenangkan diri dan menguasai situasi-situasi yang bisa menyebabkan timbulnya kecemasan. Terapi ini membantu konseli untuk menata pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan sehingga mereka bisa hidup normal tanpa ada perasaan terancam. [8]
-         Terapi psikodinamik dengan memaparkan kembali penderita terhadap peristiwa traumatik namun dengan lingkungan yang lebih mendukung. Dengan terapi ini, penderita akan memahami perasaan sadar dan tak sadar terhadap peristiwa yang mempengaruhinya tersebut dan belajar menerima kondisi.
-         Terapi gestalt yaitu menkonfrontasi pikiran traumatisnya dengan mengungkapkannya kembali.
-         Terapi Rasinal emotif dengan cara merasionalisasikan kejadian yang telah terjadi. Dll.
Terapi bermain: Terapi bermain biasasanya dilakukan kepada anak-anak. Hal ini dilakukan karena  anak-anak belum dapat mengekpresikan diri mereka sendiri secara tepat pada tingkar verbal.  Bermain dapat membantu anak dalam perkembangan mereka dan tehnik yang tepat untuk mengontrol lingkungan. Dua pendekatan utama terapi bermain adalah psiko dinamika dan Client Centered. [9] artinya Konselor yang berpusat pada klient  tau anak mengikuti apa yang diarahkan anak, memusatkan pada kekuatan anak, merefleksikan perasaan anak, percaya kepada potensi anak yang dapat bertumbuh dan berubah, dan mengunakan traupetik dengan kehangatan, penerimaan dan hubungan yang berdasarkan empatik.
Dalam setiap terapi ini pasien diarahkan untuk mengenali bagian-bagian paling menakutkan dalam peristiwa itu. `'Tujuannya, untuk melatih otak agar otak tidak sensitif lagi pada peristiwa tersebut, Melalui terapi ini pasien akan diarahkan untuk mendukung, memperkuat, dan memperbarui mekanisme adaptasi. `'terapis akan membantu untuk meredakan perasaan bersalah, marah, sedih, depresi, cemas, dan mengurangi problem mental yang ada,'' Selain itu, lanjut Tjhin, upaya lain adalah menghindarkan pasien dari pikiran-pikiran, perasaan, orang, tempat, atau apa pun yang dapat membangkitkan ingatan akan peristiwa traumatik yang pernah dialami.
Refleksi dan Kesimpulan
      Orang-orang yang mengalami trauma sesungguhnya diakibatkan oleh luka-luka batin yang belum bisa untuk diselesaikan. Tidak jarang keberadaan trauma ini akan berdampak kepada hubungan yang tidak baik dengan Tuhan. Sering orang yang trauma melihat Tuhan tidak adil, Allah tidak memihak kepada mereka. Luka batinnya menjadikan dia terfokus kepada masalahnya dan erkadang juga berusaha melarikan diri dari perasaan yang sesungguhnya yang di alaminya.
      Tingkah laku orang yang trauma adalah cemas, merasa tergangu rasa amanya terutama bila dia dihadapkan dengan sesuatu yang menurut dia dapat mebahayakan dia. Selain itu ketika ia semakin menghindar dari traumanya maka akan muncul perasaan minder dan tidak percaya diri. Ketidak mampuan untuk mengontrol emosi merupakan yang sering terjadi juga.
      Trauma konseling ingin menjadikan seseorang dapat berdamai dengan akar pahit yang dia alami dan memulihkan seseorang perasaan taumatis event sehingga ia mampu untuk menhadapi kepahitan-kepahitan yang ada.
Terkadang manusia menanamkan peristiwa yang memberatkan dalam dirinya sehingga ia semakin tidak berdaya. Ia melarikan diri dari keberadaannnya sehingga dia tidak sembuh. Dalam Yohanes 5, ketika Yesus bertemu dengan seorang yang sakit 36 tahun di kolam Betesda, karena dia mulai putus asa dengan keberadaannya dan ia mulai nyaman dengan stigma saya tidak mungkin sembuh, Yesus memberitanggung jawab kepadanya dengan berkata , “maukah engkau sembuh”? kalimat ini sangat cocok untuk orang yang mengalami trauma, dimana tanggung jawab kesembuhannya di mulai dari keinginan untuk sembuh. Dengan keinginan itu dia akan diberikan tanggung jawab untuk berupaya untuk kesembuhannya dan Yesus tetap berkuasa hingga kini untuk mengangkat luka batin setiap orang percaya, asalkan dia mau sembuh.

Kepustakaan

1.      Albana Anne Marie, Mendampingi Anak Paska Trauma, Jakarta, Prestasi Pustaka, 2006, hlm 81-82
2.      A.P. DePrince& Freyd, J.J. (2002). "The Harm of Trauma: Pathological fear, shattered assumptions, or betrayal?" In J. Kauffman (Ed.) Loss of the Assumptive World: a theory of traumatic loss. (pp 71–82). New York: Brunner-Routledge.
3.      Chaplain,. J.P Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta, Raja GRafindo Persada, Hlm 498
4.      Eve B Carlson,.; Josef Ruzek. "Effects of Traumatic Experiences: A National Center for PTSD Fact Sheet". National Center for Post-Traumatic Stress Disorder. Archived from the original on 2004-06-12. http://www.vac-acc.gc.ca/clients/sub.cfm?source=mhealth/factsheets/effects
5.      Frank B. Minirth, Kebahagiaan Sebuah Pilihan, Jakarta, BPK-GM, 2001, hlm 13.
6.      Maria Agnes Layantara, Luka Batin, Jakarta, Yayasan Maranatha Krista, 2001


[1] Agnes Maria Layantara, Luka Batin, Jakarta, Yayasan Maranatha Krista, 2001, hlm. 8
[2] DePrince, A.P. & Freyd, J.J. (2002). "The Harm of Trauma: Pathological fear, shattered assumptions, or betrayal?" In J. Kauffman (Ed.) Loss of the Assumptive World: a theory of traumatic loss. (pp 71–82). New York: Brunner-Routledge.
[3] ^ a b c Carlson, Eve B.; Josef Ruzek. "Effects of Traumatic Experiences: A National Center for PTSD Fact Sheet". National Center for Post-Traumatic Stress Disorder. Archived from the original on 2004-06-12. http://www.vac-acc.gc.ca/clients/sub.cfm?source=mhealth/factsheets/effects
[4] Depresi merupakan suatu perasaan yang menggagu hati yang menyangkut kepada hal yang ringan sampai yang bersifat kejiwaan, psikoanalisis. Frank B. Minirth, Kebahagiaan Sebuah Pilihan, Jakarta, BPK-GM, 2001, hlm 13.
[5] Penyelidikan mengenai relasi kasual (sebab musebab) dalam penyakit.
[6] Dalam pantologi medis dan psikologis, merupakan suatu indikator hadirnya suatu penyakit. J.P Chaplain, Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta, Raja GRafindo Persada, Hlm 498
[7] Ibid, Carlson, Eve B.
[8] Anne Marie Albana, Mendampingi Anak Paska Trauma, Jakarta, Prestasi Pustaka, 2006, hlm 81-82
[9] Ibid, Anne Marie Albana hlm  92

SEJARAH KE KRISTENAN DI DESA DAMPARAN



Kristen di Damparan
Sebelum masyarakat Tapanuli Selatan menganut agama Kristen dan Islam mereka menganut paham animisme dan dinamisme yaitu agama asli nenek moyang atau yang sering juga disebut dengan agama Parbegu. Mereka  Menyembah berhala, gunung, pohon, sungai, karena menganggap ada kekuatan yang besar pada tiap-tiap benda tersebut yang berkuasa atas hidup manusia. mata pencaharian mereka adalah bercocok tanam, beternak dan berdagang, kegiatan perdagangan biasanya diadakan seakali dalam seminggu dan orang-orang bertemu di pasar untuk menjual barang dagangannya.[1] Kehidupan masyarakat sering sekali diwarnai dengan permusuhan yang timbul antar kampung dan pembunuhan mengakibatkan pembalasan dendam yang berlarut-larut secara turun-temurun. Setiap langkah dan usaha di kuasai oleh aturan adat dan agama yang keras. Tetapi seiring dengan masuknya ajaran agama masyarakat hidup dalam toleransi beragama dan menjalin komunikasi yang baik dengan semua orang.

Masuknya Injil ke Tapanuli Selatan
Tahun 1856 G Van Asselt tiba di Sipirok dan bermaksud meneruskan perjalanannya lebih jauh ke daerah pedalaman. Dia diutus oleh Pendeta Witteveveen dari Zending Emerlo (Holland). Tetapi pemerintah Belanda melarang dia kesana karena peristiwa pembunuhan Munson dan Lyman. Akhirnya G van Asselt tiba di Sumatera Barat, ia bekerja di perkebunan Kopi yang dikuasai oleh kantor perdagangan Belanda di Angkola dan di Sipirok dan dari situ PI dimulai dikalangan masyarakat Batak dan beberapa tahun kemudian ia menebus budak-budak .[2] Lalu mereka diberi Pendidikan Agama Kristen. Akhirnya Van Asselt pada bulan Mei 1864 berhasil mendirikan sebuah jemaat Kristen pertama di Sipirok yang angotanya terdiri dari bekas-bekas budak yang dibeli kemudian dibebaskan tetapi cara itu tidak selamanya dapat dipakai oleh Van Asselt karena untuk membebasakan para budak itu membutuhkan uang yang banyak.[3] Pada tangal 31 Maret 1861 dua orang diantara mereka dibaptisnya, Jakobus Tampubolon dan Simon Siregar.
Saat perang hidayat di Kalimantan 4 orang PI dari RMG mati terbunuh tetapi seorang Missionaris yang bernama Klaemmer berhasil lolos melarikan diri ke Batavia. Lalu RMG  mencari lapangan kerja baru dan mengutus dua orang Pekabar Injil ke Sipirok dan tahun 1860 Klaemmer di perintahkan oleh Febri (Jerman) agar mengalihkan pekerjaanya ke Sumatera. Kemudian RMG menambah tenaga Penginjil dan mengirimkan Heine. Klaemmer dan Heine bersama-sama berangkat dari Batavia menuju Sipirok. Mereka disambut oleh Van Asselt dan Bezt (Mandor perkebunan Kopi dari Belanda) 7 Oktober 1863 terjadi perundingan dengan pekabar-pekabar Injil dari Belanda untuk rencana pekabaran Injil di tanah Batak tahun inilah yang disebut hari kelahiran Gereja Batak.[4] Sesudah saat inilah Pekabaran Injil di Tapanuli Merupakan semangat yang baru melalui kedatangan Nomensen.
Dalam tahun-tahun berikutnya, panitiwa Jawa melanjutkan karyanya di Angkola, tetapi jumlah orang Kristen masih sedikit setelah berusaha selama 60 tahun jumlahnya baru 5000 lebih. Jumlah yang kecil dianggab tidak sanggup hidup sebagai Gereja mandiri, maka pada tahun 1931 panitia jawa menyerahkan mereka kepada RMG, sehingga merupakan sebagian dari HKBP. Pada tahun 1975 HKBP  memenuhi keinginan-keinginan jemaatnya di Angkola sehingga mereka dapat membentuk Gereja sendiri, yang mula-mula disebut HKBP-A (angkola), dan sejak 1988 menyandang nama Gereja Kristen Protestan Angkola (GKPA).[5] Sejarah kekristenan di tanah Batak bagian Selatan  mengalami berbagai halangan dan rintangan  dan hampir pula mengalami kegagalan sama sekali. Tetapi kendati demikian yang kini nyata jelas kelihatan dan dapat dinikmati adalah buah dari rentetan perbuatan Tuhan Allah selaku lanjutan dari dipilihnya luat Angkola, Tapanuli Selatan, menjadi persemaian firman Allah.

 Masuknya Injil ke Saipar Dolok Hole
Perjumpaan Zending dengan masyarakat Saipar Dolok Hole, khususnya dengan wilayah Simanosor telah ada sejak Asselt- Zendeling Ermelo mulai bertugas di Sipirok (Parau Sorat) pada tahun 1857. Perjumpaan yang masih bersifat orientasi dalam rangka menjalin hubungan baik dengan raja-raja dan tokoh-tokoh berpengaruh dalam masyarakat, dilanjutkan dan diintensifkan oleh Zending Betz. Zending itu semula bekerja  untuk Zending Emerlo dan sejak 1861 untuk RMG di wilayah Bunga Bondar sebagai wilayah tugas penginjilannya dan wilaya Bungabondar sebagai pangkalannya. Kemudian Nomensen di tempatkan pula di Bungabondar membantu Betz, sebelum ia di tempatkan di Parausorat antara lain untuk mempersiapkan pembukaan seminari.[6] Sejak itulah kunjungan Zending dilakukan ke Saipar Dolok Hole dan tercipta hubungan baik dengan raja-raja di wilayah itu antara lain dengan raja Marhasuak Simanosor. Wajarlah kalau Nomensen yang di antar oleh Betz menginap di rumah sahabat Marhasuak pada 7 Nopember 1863, sewaktu ia tiba di desa Simanosor dalam perjalanan dari Parausorat ke desa Silindung  melalui  Sibatangkayu. Pada kesempatan itu Marhasuak Hasibuan meminta supaya RMG menempatkan seorang guru di Simanosor untuk mengajar anak-anak.
Karena ketiadaan tenaga, permintaan itu baru dapat dipenuhi pada tanggal 6 Januari 1880. Sutz dengan rombongan di Simanosor untuk melantik Daniel Matondang sebagai Guru Penginjil di desa itu. Hari itu adalah hari penting bagi masyarakat Saipar Dolok Hole, awal masuknya injil di daerah itu sebagai awal hidup baru hidup dalam terang Kristus. Hari itu dirayakan menjadi pesta rakyat ungkapan kegembiraan dan rasa sukur dari raja-raja dan penduduk sekitarnya. Mengenai perkembangan Simanosor  setelah  marga Hasibuan menetap di wilayah itu menyusul pula marga-marga lain: marga Ritonga di Simangambat, marga Marpaung di Sipagimbar, Damparan dan di Parmocahan (Galanggang), marga Harahap dan Pasaribu di Parurean, Simatupang di Simangambat dan Tapus, serta Siregar di Sidapdap dan Banua.[7] Konstelasi marga-marga ini ternyata di kemudian hari berpengaruh pada terjadinya gerakan massal  ke arah penerimaan agama kristen di wilayah itu. Setelah raja pertama di babtis, maka ternyata orang (keluarga) bawahannya ingin masuk kristen bersama raja mereka. Hal demikian berdampak pula pada penerimaan raja dan marga lain akan berita kesukaan itu.
Pada tanggal 12 Pebruari 1880, mulailah Daniel Matondang menjalankan dwi-fungsinya: mengajar murid-murid sekolah dan menginjili calon-calon angota jemaat yaitu, mempersiapkan mereka untuk diterima menjadi Kristen. Tanggal 12 Pebruari di pandang sebagai hari jadi jemaat Simanosor, filial dari jemaat Bungabondar. Tanggal 12 Januari berlangsunglah di Simanosor pembabtisan massal yang dilayani oleh Schutz. Perkembangan Zending di Saipar Dolok Hole di usahakan oleh Daniel Matondang di Simanosor. Untuk memudahkan dan mempertinggi frekuensi kunjungan pelayanan Schutz maupun penginjil lainya ke wilayah itu telah dibangun pula Pasanggrahan di Simanosor. Tumbulah jemaat-jemaat baru seperti: Simangambat, Galanggang, Sipagimbar, Damparan, Lobu Sinaongan, Simatorkis dan Tapus. Gereja sederhana Yang di Simanosor diganti dengan yang lebih besar (9 x 14 meter) dan lebih representatif (atap seng, dinding papan). Bersamaan dengan pembangunan Gereja baru, di pertapakan yang sama dibangun rumah pendeta dan rumah jemaat. Raja Marhuasak Hasibuan pulalah yang tampil mempelopori dan merampungkan pembangunan itu.[8] Peresmian Gereja yang diperbaharui itu diselenggarakan pada 6 Juli 1980 bersamaan merayakan pesta jubeleum 100 tahun berdirinya jemaat Simanosor Sekolah Zending di Simanosor adalah sekolah pertama di Saipar Dolok Hole.
  

Sejarah Singkat Berdirinya GKPA di Desa Damparan Sampai Pada Saat ini
Kekristenan di desa Damparan berawal dari masuknya Raja Marpaung menjadi Kristen dan sesuai kebiasaan yang berlaku pada saat itu masyarakat cenderung mengikuti agama Rajanya.[9] Adapun yang merupakan sejarah berdirinya Gereja di desa ini adalah sebagai berikut:
a. Pada tahun 1890 Gereja masih berada di Lobuharambir, kira-kira 1 Km dari desa Damparan saat ini dan hanya berjumlah 11 KK, kebaktian dilakukan di rumah-rumah jemaat secara bergantian yang dilayani oleh Penatua.
b.  Pada tahun 1900 Gereja dipindahkan kembali sebelah barat Gereja saat ini dan Gereja itu di sebut dengan nama Pagaran Sidetcet. Gereja ini merupakan gereja darurat. Penatua berasal dari  desa Galanggang St. M Marpaung dan Guru jemaat Sander Hasibuan  mereka menjabat dari 1905-1908.
c. Pada tahun 1910 didirikan Gereja yang sudah ada menara  ukuran 6 x 9 M berbentuk rumah panggung dan yang menjadi guru jemaat saat itu Jonatan Pane.
d.  Tahun 1915 Gereja didirikan kembali dan disinilah Gereja berdiri sampai sekarang. Pada tahun itu juga jemaat menerima kiriman lonceng Gereja dari Jerman.
e. Tahun 1920 guru jemaat Imanuel Pasaribu yang berasal dari jemaat Simanosor Gereja. Pada tahun itu juga sekolah Zending dibuka di Damparan dan yang menjadi guru adalah:
 Petrus Marbun dan Ruben Marbun, Predris, Atas Marpaung, B. Ritonga, P. Lubis, A. Tambunan, H. Hasibuan,  D. Simatupang.[10]
f. Tahun 1946  guru jemaat K. Pasaribu  dan  Penatua St, Pasaribu, Gr. R pasaribu, St. J Pane. Dalam masa ini jemaat mengalami kesulitan dalam bidang operasional Gereja 1950 di adakan pungutan 2 kaleng Padi per kk. Tahun 1975 K. Pasaribu pindah dari desa ini karena tuntutan profesinya sebagai Guru dan dengan ini diadakan kembali pemilihan Penatua jemaat dan terpilih St. A sibarani dan di bawah  kepemimpinannya 1962 pembangunan Gereja ukuran  9 x 14 M dengan model Gereja semi permanen.
g. Tahun 1968  K Pasaribu kembali ke desa Damparan dan menjabat kembali sebagai Guru jemaat. 1 Agustus 1993 pesta pembangunan Gereja di lakukan kembali dengan ukuran yang lebih besar 12 x 22 M dan untuk dana pembangunan tersebut atas kesepakatan bersama setiap kk memberikan 5 kaleng padi setiap masa panen (pada saat itu masih satu kali dalam setahun, berbeda dengan saat ini panen dua kali dalam satu tahun), 1994 lelang di adakan satu kali dalam sebulan dan setiap kebaktian minggu diadakan pengumpulan persembahan untuk kas pembangunan dan kebiasaan mengumpulkan persembahan masih berlaku sampai saat ini. Setelah K pasaribu priode selanjutnya  yang menjadi Guru jemaat adalah M. Sitinjak karena beliau meninggal dunia sebelum masa kepemimpinannya berakhir jabatan Guru jemaat di gantikan oleh B. Pasaribu.
a.         28 April 2002 A. Sibarani terpilih menjadi Guru jemaat dan pada masa kepemimpinan beliau pembangunan Gereja dilakukan, kondisi Gereja yang sudah tua dan tidak dapat menampung jemaat terutama pada hari natal dan Tahun baru. Pada tanggal 10 Agustus 2003 pesta pembangunandilakukan khusus untuk wilayah distik 2 Sipirok dolok Hole dan pada tanggal 15 Agustus 2004 pesta pembangunan diadakan kembali dengan ruang lingkup yang lebih besar se GKPA. Pada tahun 2006 diadakan pesta pangopoion hingga saat ini tahun 2011 kami sangat bersukur karena kasih dan penyertaan Allah, jemaat yang pada tahun 1980 hanya 11 kk telah menjadi 90 kk dan jemaat ini telah berumur 121 tahun.[11] 
Data ini memang  tidak memberikan  keterangan yang akurat mengenai masuknya kekristenan hingga berdirinya Gereja di desa Damparan, hal ini karena tidak adanya data tertulis serta orang yang menjadi saksi hidup berdirinya Gereja GKPA desa Damparan.

Keadaan Jemaat di GKPA Desa Damparan
Penduduk desa damparan secara keseluruhan berjumlah kurang lebih 500 jiwa dan  110 kk. 85% beragama Kristen Protestan dan 15% agama Islam. Kerukunan antar umat beragama terjalin dengan baik. Pekerjaan dari setiap penduduk di desa ini adalah Petani. Hasil pertanian yang utama Padi dan untuk penghasilan tambahan biasanya penduduk berladang tanaman palawijau seperti Kacang, Jagung, sayur-sayuran, Ubi, sebagai membuat Gula merah,  dan pedagang. Sedangkan pegawai (guru SD) hanya terdiri dari 4 orang yaitu 2 Pegawai Negeri Sipil,1 orang ayah dan 1 ibu, dan 2 orang pegawai nonorer yaitu 1 oranng ibu dan 1 orang ayah. Pegawai Pemerintahan desa satu orang (sekretaris desa).

Jumlah Jemaat di GKPA Desa Damparan Tahun 2011
Jumlah seluruh anggota jemaat GKPA desa Damparan adalah sebagai berikut:
No
Statistik GKPA desa Damparan
Jumlah
1
Bapak                         
75 orang
2
Ibu      
105 orang
3
Pemuda
73 orang
4
Pemudi
57 orang
5
Katekisasi Sidi laki-laki
6 orang
6
Katekisasi Sidi Perempuan
10 orang
7
Anak Sekolah Minggu Laki-laki
62 orang
8
Anak Sekolah Minggu Perempuan
54 orang
Jumlah keseluruhan
442 orang

             Jemaat GKPA desa Damparan terdiri dari 90 kk dan yang mempunyai anak remaja terdiri dari 27 kk dan pada tabel di atas saya tidak mencantumkan jumlah anak remaja karena di jemaat GKPA desa Damparan kategori anak remaja dikhususkan kepada anak  yang belum naik sidi dan pada umumnya setelah naik Sidi anak sudah dikategorikan pemuda dengan umur antara 14-16 tahun.[12] Dan dalam penelitian ini penulis meneliti orangtua yang mempunyai anak remaja mulai dari 12-21 tahun dan hal ini sesuai dengan kategori umur remaja awal sapai remaja akhir yaitu, 27 remaja laki-laki dan 27 remaja perempuan dan jumlah keseluruhan 54 orang. `


[1]  Sutan, Kali, Bonar, Seratus Tahun Kekristenan Dalam Sejara Rakyat Batak, Jakarta: Panitia Distrik IX Perayaan Yubilium, tth, 27
[2] Umumnya budak adalah pihak musuh yang berhasil ditaklukan  dan di tawan dan berdasarkan hukum yang berlaku mereka dijadikan budak. Namun seorang budak tidak akan tetap menjadi seorang budak, kalau ada orang yang membeli dan membebaskannya, ia akan diakui sebagai orang bebas yang mempunyai hak dan kewajiban.  Andar,Lumbantobing, Makna Wibawa Jawaban Dalam Budaya Batak, Jakarta: BPK-GM, 1992, 67
[3] Andar, Lumbantobing, Op.Cit., 67
[4] Th. Van, Den, End,  Harta Dalam Bejana, Jakarta: BPK-GM, 2008, 263
[5] Th.van, Den, End & J, Weitjens, Ragi Carita 2, Jakarta: BPK-GM, 2009, 183
[6] J.U. Siregar, Dari Gereja Zending ke GKPA (Sejarah Perwujudan GKPA dengan Latar Belakang Perjalanan Zending di Daerah Angkola dan Mandailing). Padang Sidempuan: Kantor Pusat GKPA, 1999, 159
[7] J.U. Siregar, Op. Cit.,160
[8] Ibid.,161-164
[9]  Hasil wawancara dengan bapak R. Marpaung selaku kepala adat di desa Damparan pada tanggal  3 Maret 2011, jam 20.00-21.00 Wib
[10] Menurut bapak A. Sibarani Pada umunya mereka menjadi guru jemaat di desa Damparan tetapi sangat disayangkan data pengenai tahun mereka menjabat tidak dapat diperoleh ini karena tidak ada lagi saksi hidup yang dapat diminta keterangan. Hasil wawancara penulis pada tanggal 3 Maret 2011 jam  7. 15 – 7.30 Wib.
[11]  Informasi  ini saya peroleh dari buku inventaris gereja, dengan perantara St. A. Sibarani pada tanggal 3 Maret jam 7.00 Wib.
[12] Data mengenai satistik jemaat GKPA desa Damparan saya peroleh dari St. A Sibarani. Dan data mengenai jumlah anak remaja penulis peroleh setelah melakukan penbelitiaan di lapangan mulai dari tanggal 28 Pebruari sampai tanggal 6 Maret 2011