ANGKOLA KONSELING MINISTRY

Sabtu, 26 Februari 2011

Pengertian Pastoral Konseling


PASTORAL KONSELING
Pengertian dan pentingnya Konseling
Jemaat dengan segala persoalan dan pergumulan hidupnya yang membuat depresi dan putus asa tidak dapat dianggap sepele. Karena disamping kehidupan rohaninya tidak berkembang ke arah kedewasaan, juga bisa berarti fatal dengan kehidupannya yang ingin cepatberakhir alias ingin bunuh diri. Dalam suasana seperti inilah peran konseling sangat dibutuhkan untuk membantu mencari jalan keluarnya dari permasalahan yang mereka hadapi. Konseling bukan merupakan disiplin ilmu seperti kedokteran gigi atau kodekteran umum yang pada dasarnya bergantung pada pengetahuan teknis yang dijalankan oleh seseorang profesioanal yang benar dan terlatih.
Pastoral konseling hrus lebih banyak hubungan yang utama dan sangat penting antara orang-orang yang menaruh perhatian. Jadi konseling bukan tidak lebh dari sekedar hubungan tetapi ada yang lebih dari itu. Pelayanan pastoral konseling yang benar mau menghasilkan suatu proses pembebasan adalah pelayanan pastoral yang berhubungan dengan soal-soal konkrit dari hidup manusia. Di sini nampaknya peran pastoral konseling sangat signifikan guna membuka pintu seluas-luasnya sebagai tempat untuk ruang tolong-menolong. Karena konseling adalah hubungan timbal balik antara dua individu, yaitu konselor adalah hubungan timbal balik antara dua individu, yaitu membutuhkan pengertian untuk mengatasi persoalan yang dihadapinya. Pengurus gereja entah itu diaken, majelis, ataupun pendeta terlebih gembala sidang sudah barang tentu harus menyadari keberadaan persoalan ini.
Secara Etimologis
Kata istilah Pastoral berasal dari kata Pastor dalam bahasa Latin atau bahasa Yunani disebut Poimen, yang berarti gembala. Bisa juga disebut Pendeta yang mempunyai tugas menjadi gembala bagi warga gereja atau dombanya. Sedangkan kata bahasa Inggris yang menunjukkan untuk kata konseling adalah consul yang artinya wakil, konsul;counsult yang artinya minta nasehat, berunding dengan; cosole yang artinya menghibur dan consolide yang artinya menguatkan. Bisa diartikan kata konseling adalah kegiatan sseorang yang menguatkan, menghibur yang dimintakan nasehat dan merunding dengan seseorang.
Jadi Pastoral Konseling artinya gembala yang memberikan nasihat, penghiburan dan penguatan bagi warga gerejanya. Pelayanan pastoral mempunyai sifat pertemuan yaitu: antara pastor dan anggota jemaat yang membutuhkan bantuan dan pelayannya dan pertemuan antara mereka berdua dan Allah, yang sebenarnya yang memimpin dan memberi isi kepada pertemuan mereka. Pengistilahan ini dihubungkan dengan diri Yesus Kristus dan karyaNya sebagai Pastor Sejati yang Baik (Yoh. 10). Ungkapan ini mengacu kepada pelayanan Yesus Kristus yang tanpa pamrih, bersedia memberikan pertolongan terhadap para pengikutNya. Sebenarnya tugas pastoral bukan hanya monopoli para pastor/pendeta saja tetapi bagi setiap orang pengikutNya.
Secara Teologis
“Dan NamaNya disebut penasehat ajaib…” (Yes. 9:5). Hanya kepada Dialah kita datang meminta pertolongan, karena tanpa Tuhan Yesus sebagai penasehat ajaib sia-sialah setiap orang yang meminta pertolongan kepada pertongan kepada manusia, sebab manusia terbatas adanya. Sekalipun konselor dapat memebantu konseli menemukan akar persoalannya, tak ada manusia yang dapat menyediakan kasih karunia untuk mengatasi kebiasaan-kebiasaan yang salah atau dosa. Manusia dapat membutuhkan kasih Allah dan Allah sudah menyediakan sarananya untuk dimintakan pertolongan bagi setiap orang yang membutuhkannya yaitu alkitab sebagai Firman Allah. Jadi pelayanan pastoral pertama-tama adalah rekonsiliasi (perdamaian).
Hal ini terdapat pada 2Kor. 5:20 “Kami adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasehati kamu dengan perantaraan kami, dengan nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah”. Jay Adam telah dikenal secara luas karena pendekatan konfrontasionalnya yang ia katakan satu-satunya model alkitabiah, ia mengambil dari kata Yunani noutheteo yaitu gagasan konfrontasi verbal, directif (mengarah) dan instruktif sebagai konsep sentral mengenai konseling Kristen. Rasul Paulus memakai model nouthetis pada kolose 1:28 untuk mendewasakan umat.
Dalam konsep Jay Adam yang hanya mengendalikan konfrontasi hanya cocok untuk jemaat/umat yang cukup lama yang menjadi orang Kristen dalam banyak hal juga harus dilihat kasus perkasus pada dilema yang dihadapi mereka. Jadi bagaimana kalau yang putus asa atau yang lemah mereka perlu diadakan pendekatan secara akrab. Untuk menghibur mereka tanpa konfrontasi terhadap mereka. Dalam bahasa Yunani adalah Paramuhteo yang berarti berbicara akrab.
Jonh Carter menyarankan bahwa kata parakaleo dan kata yang berhubungan dengan itu
Parakalesis menawarkan suatu model konseling yang jauh memadai (daripada noutheteo) berdasarkan perspektif alkitabiah. Karena kata noutheteo dan yang berhubungan dengan tu hanya muncul tiga belas kali dalam PB, parkaleo sebanyak dua puluh sembilan kali sebagai comfort (hiburan), 27 kali sebagai exhort (nasehat), empat belas kalli sebagai consolation (hiburan) 43 kali sebagai besech (permohonan). Jadi parakalesis adalah suatu karunia khusus bagi gereja untuk menjalankan sebagai peran pastoral konseling (Kol.1:28). Alkitab sebagai dasar teologis dalam pastoral konseling dipakai sebagai acuan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Secara Psikologis
Sebelum penulis menjelaskan lebih jauh lagi hubungan antara pengertian dan pentingnya pastoral konseling ditinjau dari sudut secara psikologis penulis terlebih dahulu akan membahas apa itu psikologis. Psikologis artinya ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia atau jiwa manusia, dan tergolong suatu bidang sains (sekuler). Menurut pandangan umum, psikologis adalah suatu sains yang berdasarkan penelitian yang nyata dan benar sehingga nilai-nilai yang tidak bisa dijangkau oleh indra manusia (empiris), tidak bisa dimasukan sebagai kategori psikologis.
Seorang psikolog seringkali mengambil keputusan untuk memberi jalan keluar bagi orang yang di konselingnya hanya berdasar pada konsepsi manusia psikolog itu sendiri. Sehingga ada suatu acuan yang jelas untuk diambil suatu nilai yang tetap, karena kalau seseorang pergi konseling pada dua orang psikolog pasti ada dua pula keputusan yang berlainan nilainya. Hal ini tentu sangat membingungkan bagi orang yang meminta konseling tersebut.
Oleh karena psikologi sekuler memandang manusia hanya sebagai mahluk jasmani dan kefanaan belaka, hal ini jelas sangat bertentangan dengan firman Allah karena manusia selain mahluk jasmani juga mahluk rohani. Ada nilai-nilai rohani yang terabaikan oleh psikolog, hal ini juga diakui oleh W. Stanley: Pertama, yang utama adalah pelepasan dari tudingan masa lampau melampaui pengampunan.

Marah


MARAH
Apa itu kemarahan?
Kemarahan adalah keinginan yang bergejolak atau emosi  langsung terhadap sesuatu yang secara kesadaran membebankan atau disangka salah. Meski disadari bahwa marah tak menyenangkan namun marah merupakan karunia atau anugrah yang diberikan Tuhan pada manusia yang merupakan moral positif dan negative dalam diri manusia. Marah bisa berdampak atau menghasilakn suatu sikap yang kontruktive atau destructive didalam nilai-nilai etis dan tergantung kepada kemampuan seseorang menyadari kemarahannya sendiri.
Permusuhan bukanlah sebuah kemarahan melaikan sebuah wilayah antagonism atau  dendam terhadap seuatu, biasanya permusuhan merupakan perlawanan  kepada, perasaan sakit terhadap. Perusuhan oribersinonim dengan ketidak bersahabatan,  dendam, peperangan, semuanya itu merupakan stigma negative terhadap orang lain.
Dari mana datangnya kemarahan?
Kemarahan bersumber dari persepsi ditambah dengan bagaimana menterjemahkan atau menafsirkan sebuah persepsi (hal ini tergantung pada pribadi lepas pribadi).  Sebagai mana emosi yang lain yang berdasar kepada stimulus psikal. kemarahan juga muncul dari cara berpikir individu yang merupakan bagian dari interpretasi. Tidak ada emosi yang terjadi secara otomatis yang diakibatkan oleh seseorang atau suatu kejadian tetapi emosi itu muncul sebagai hasil dari persepsi dari individu dan interpretasi kepada situasi yang terjadi.
What can an individual do to help the self from angry feelings? 
*      A - Accept = terima
*      N - Name = namai
*      G - Get It Out = Buang
*      E - Energize = berupaya
*      R - Resume = Ulangi lagi
A - Accept = terima
Yang pertama adalah terima bahwa kamu sedang marah. Sering orang menyangkal emosinya hal ini bisa disebabkan oleh kejadian sebelumnya yang menjadikan sesuatu yang menyakitkan atau membawa persoalan baru. Jangan sangkal kemarahanmu namun hadapi itu dengan mengetahui arah kemarahanmu.

N - Name
Yang kedua anda membutuhkan nama dari kemarahanmu dan identifikasi apa yang menyebkan engkau marah. Analisa dan pikirkan  kemana arah kemarahanmu sesuggguhnya bukanhannya mengdentifikasi kemarahan saat ini tapi juga kemarahan yang belum selesai sebelumnya karna stimulus itu bisa saja pemicu kemaahanmu saat ini.
G - Get It Out
Yang ketiga anda membutuhkan  untuk mengungkapkan secara ekspresi constructive atau menyaalurkan kemarahan itu sendiri. Banyak cara yang dianjurkan untuk expresi kemarahan coba dan upayakan dengan baik.
 E - Energize
Yang keempat, anda bisa secara aggressive untuk memfetilasi dan mengekspresikan emosimu untuk mengurangi kemarahan. Kamu harus berupaya untu menenangkan dirimu sendiri ntuk lebih tenang, rilex, lebih sadar, kurang tekanan dan berkurang stress.
R - Resume
 Yang kelima ketika  engkau berupaya, ulangi lagi upaya perenungan anda kepada orang yang membuat anda marah dan stimulus apa yang terjadi dengankemarahan anda dnegan berupaya tenang, dan rational.

Senin, 21 Februari 2011

TERAPI MEMORI

TERAPI MEMORI
Menciptakan masa depan melalui terhnik berdamai dengan masa lalu
Judul Buku                      : Terapi Memori
Penulis                              : H. Norman Wright
Penerbit                            : Grapes
Jumlah Halaman             : 200 hlm
Tahun Terbit                   : 2005


Introduksi:
      Masa  lalu dapat menolong untuk menjelaskan diri anda sendiri. Untuk dapat memegang kendali kepribadian perlu memahami dimana pernah ada. Anak kecil dimasa lala adalah bagian dari jiwa yang menyimpan beban dan masalah-masalah yang berasal dari hari-hari yang telah di lalui.  Buku ini membawa anda dalam apa yang mungkin menjadi perjalanan paling penting yang anda pernah buat, anda akan menemukan berbagai kenngan, pikiran dan perasaan yang terdalam selama bertahun-tahun. Yang menjadikan mungkin ingin berbicara dengan seseorang, oleh karena itu jangan ragu untuk menghubungi seorang konselor. Kemanapun perjalannan hidup kita kita dapat bersukacita dan mendapat kepastian bahwa kita bukanlah orang yang dapat dilumpuhkan keadaan.

Bab 1
Beban Berlebih Dimana Anda Menaruhnya

Pembuka BAbI ini dimulai dengan sikap kecerobohan karena memabawa terlalu banyak barang bawaan ketika pergi berjalanan melalui kapal. Yang menjadikan kegelisahan bagi sipenulis saat dia dalam perjalanan terutama pada malam hari. Kemudian ia menggambarkan demikianlah manusia sering membawa terlalu banyak beban dalam kita menjalani kehidupan ini. Mulai dari dikandungan, dilahirkan, menikah sampai tua. Dantekanan yang ada memiliki peranan penting dalam kita menjalani kehidupan sekarang ini. Tanpa disadari sering terperangkap dalam masa lalu kita dan cendrung untuk menganggu ketika akan menikmati kehidupan ini.
Ada orang yang secara fisik sudah dewasa namun sesungguhnya bila di teliti secara kepribadian dia belum mampu dewasa, karena keputusan-keputusan hidupnya dipengaruhi orang lain seperti orangtuanya misalnya. Sebagai contoh ada orang yang tertarik kepda pasangannya dengan bercermin pada sosok ayah atau ibunya. Atau karena rasa bencinya kepada orangtuanya ia menghindari sosok seperti ayah atau ibunya. Meskipun ketergantungan secara pisik dengan orang tua berkurang namun ketergantungan psikologi masih kuat. Sebagai orang dewasa kita yang memilih untuk tetap seperti sekarang ini atau bertumbuh . tapi bukan dengan cara menyalahkan orang tua, saudara, atau orang lain yang memiliki pengaruh dalam hidupkita. Yang penting adalah kita melihat masa lalu dan membuka pintu-pintu yang tertutup, kita akan menemukan banyak banyangan masa laluyang membuat kita gelisah dan kwatir.

Bab 2
Bagimana Mengumpulkan Semua Beban Itu

Bab II ini dimulai dengan  cerita Jim yang tidak percaya diri dalam perkawinannya, dia tidak percaya atas kemampuannya karena banyaknya tekanan masa kecil yang membuat dia tidak percaya diri.
Terlalu banyak passaan adalah suatu sikap yang biasa dilakukan oleh orangtua. Ini termasuk memberikan petunjuk secara terus menerus kepada ana, mengawasi, member pengarahan, kembali, memerintah dan selalu mengingatkan. Dengan tujuan agar anak hidup mandiri. Jika anak adalah seorang anak yang selalu tunduk pada masa kecil dia akan menjadi orang yang membutuhkan petunjuk pada masa dewasanya, atau dia akan menjadi keras kepala pada dirinya sendiri dan memerintah serta selalu menegur dirinya sendiri seperti yang dilakukan oleh orangtuanya sendiri. Sikap menekan-menolak yang terjadi selama masa kanak-kanak terus berlanjut samapai saat ini. Bila orangtua yang selalu tunduk pada keinginan anaknya, setelah anaknya dewasa dia dapat menjadi seorang yang rakus, seorang perokok, pemabuk dan tidak dapat berpikir dengan jernih, gampang marah dan tidak mau menghargai orang lain.
Orang tidak pernah puas biasanya disebabkan karena dalam keluarga terlalu banyak standar yang dibuat oleh orangtua dan ia berupaya mencapai namun ketika dicapai dianggap belum memenuhi standard, ketika ia berhasil ia menganggap itu berarti. Ikap yang mau selalu dituruti kemauannya biasanya terjadi dalam lingkungan dimana hadiah, dan pelayanan yang berlebihan diberikan padanya. Setelah dewasa bila keinginannya tidak dipenuhi dia akan menyalahkan nasibnya atau semua orang yang pernah terlibat dalam kehidupannya. Bila aorang tua suka menghukum maka anak akan semakin membenarkan dan mengundang untuk dihukum.  Jika orang tuanya yang suka menghukum juga suka sikap lalai atau acuh, maka anak itu akan belajar balas dendam.
Rasa tersisih terjadi ketika orangtua tidak pernah ada untuk anak mereka atau terlalu sibuk untuk terlibat bersama anaknya dalam setiap tahap pertumbunhannya. Penolakan muncul karena sikap orang tua memberikan dewasa kepadanya sehingga ia tidak merasa menikmati masa kecilnya. Ini akan berakibat tidak membiarkan dirinya utnuk bersantai, bermain dan menikmati hidup.
Jika kita tinga dalam keadaan dimana kita menerima serangan terus-menerus dari seseorang yang kita kasihi dan hormati, kita hannya akan merasa terluka, bersalah, dan tidak berdaya. Ketika kita semakin rapuh, berbagai tindakan dan perkataan dan perkataan dapat mempengaruhi kita lebih dalam lagi. Ada beberapa tindakan yang mengakibatkan terbentuknya suatu keadaan yang merugikan diantaranya bagai manan expextasion dari orang lain dihadapkan dengan expectasi diri sendiri, kemudian dengan ekspektasi aka nada yang menjadi korban termasuk diri sendiri yang berdampak kepada goresan-goresan dalam kepribadian. Untuk mengatasi masa lalu itu kita perlu utuk membuka lemari masalalu dan kemudian merasakan perasaan-perasaan yang ditumbulkan olehnya. Biarkan perasaan itu muncul dan coba untuk menganalisanya dan mencoba mengerti apa yang terjadi dalam diri anda.

Bab 3
Saya Berubah? Tidak Mungkin! Atau, Mungkinkah Itu?
Seseorang tidakharus menjalani hudup dengan terluka dan kenangan masa lalu menguasai mereka. Yang diperlukan adalah perubahan, perubahan adalah bagian dari kehidupan . Beberapa orang takut untuk berubah karena mereka tidak ingin kelihatan seperti orang yang plin-plan. Mereka sangat memperhatikan apa yang akan dipikr dan dikatakan oleh orang lain terhadap mereka. Ada juga yang beranggapan adalah kegagalan padahal perubahan adalah mengakui kesalahan dan mengarah kepada sesuatu yang lebih baik. Bila perubahan terjadi anda harus mau menyesuaikan diri dan mengambil resiko.
Ingatan masa lalu bisa dipulihkan dengan mengingat kembali, menghadapi kenangan masa lalu, dan membiarkan mereka keluar dari lemari persembunyian. Kita akan mengetahui betapa besarnya keinginan kita akan pemulihan, sampai kita mengetahu betapa tidak ternilainya diri kita. Sebgai mana ditulis dalam Efesus 2:8, oleh karena kasih karunia kamu diselamatkan itu bukan karena usahamu sendiri.
Gambaran yang dihasilkan dari kata-kata dan dari tindakan dari orang lain sepanjang masa kecil kita, mencerminkan bagaimana kita melihat diri kita. Kita sering memberi tanggapan berdasarkan apa yang teringat di dalam ingatan kita. Untuk mengali masa lalu terkadang orang membutuhkan konseling namun sebagai orang kristen ada roh kudus yang mampu mengingatkan dan menguatkan kita dalam kelemaha kita. Dalam mengobati masa lalu membutuhkan waktu namun sebamakin banyak anda menyatakan ucapan syukur dan pengampunan, semakin cepat rasa sakit hati itu lenyap. Ucapan syukur membawa pemulihan atas ingatan-ingatan yang menyakitkan. Perubahan dapat terjadi, terutama bagi mereka yang adalah ciptaan baru dalam Kristus.

Bab 4
Menghilangkan Kebencian Anda
Salah satu penghalang terbesar untuk berdamai dengan masa lalu adalah , menyimpan kebencian. Kebencian adalah perasaan terluka atau kemarahan atas masa lalu dan masih terjadi sampai sekarang. Menyimpan kebencian itu berarti masih ada hal yang terluka dalam diri kita. Langkah pertama untuk menghilangkan kebencian anda adalah dengan menyadari keberadaan mereka dan menggalinya. Langkah kedua adalah untuk memaafkan diri anda untuk siapa dan untuk apa sekarang, dan maafkan orang-orang tertentu dari masa lalu anda untuk apa yang telah mereka lakukan dan untuk siapa diri mereka.
Kebencian itu berarti anda memberikan orang lain tersebut kontrol atas perasaan anda. Ada beberapa tehnik konseling utnuk menhilangkan kebencian diantaranya: membuat dan menulis daftar kebencian yang dimiliki, tuliskan secara detail apa yang terjadi saat itu dan sekarang. Ketika anda menulis daftar kebencian anda, anda mungkin mengalami pergolakan emosi dalam diri anda. Setelah menulis daftar tersebut, berhenti dan bersantailah sebentar. Dengan melakukan ini anda dapat mengingat hal-hal yang mungkin terlewatkan. Ketiga pergilah kesebua ruangan dan hadapkan dengan kursi coba berbicara kepada kursi kosong tentang kemarahan-kemarahan itu. Ulangi beberapa kali apabila anda menemukan kebuntuan-kebuntuan. Cara lain adalah menulis surat kepada yang dibenci itu, dengan berisi kebencian-kebencian.
Selain menghilangkan kebencian langkah yang paling penting adalah  dengan memberikan tanggapan yang baik kepada orang-orang yang telah menyakiti hati anda.  Tuliskan sebuah surat danyatakan bahwa anda mengampuni dia. Semakin banyakj mengampuni akan masa lalu maka akan semakin sembuhlah anda dari perasaan-perasaan yang anda miliki. Sebagai orang kristen pengampunan kita adalah karena Tuhan telah terlebih dahulu mengampuni kita.

Bab 5
Mengatasi Rasa Tertolak
Sebelu anda dapat berdamai dengan masa lalu, Anda harus  mengatasi perasaan tertolak yang anda terlebih dahulu, diman anda merasa tidak dikasihi atau diinginkan oleh orang lain. Anda merasa tersisih, terasing, dan sering kesepian. Anda merasa puus hubungan, seperti sebuah pulau di tengah laut yang tidak memiliki apapun untuk menghubungkan anda dengan daratan.
Semakin penting arti penolakan bagi anda, semakin hebat rasa tertolak yang anda rasakan. Penolakan mengatakan kepada anda bahwa anda tidak cukup berharga untuk memiliki hubungan dengan atau bahkan mengenal seseorang. Kita akan meresa menolak diri sendiri jika kita merasa bahwa kita mendapat penolakan dari orang lain.
Ada bebarapa mekanisme pertahan berupa repsesi atau penekanan. Sikap yang tidak mau menerima kenyataan ini, merupakan bentuk yang paling tidak kentara dari penyangkalan, untuk melindungi diri kita dari kenyataan yang sebenarnya.  Yang kedua adalah rasionalisasi artinya mengubur perasaan tertolak dengan  memebri alasan alasan secara rasional atas perasaan tertolak tersebut. Yang ketiga adalah regresi artinya kembali kepada sikap kanak-kanak untuk menghadapi perasaan tertolak . ada juga orang yang mengisolasi diri mereka untuk menghindari perasaan-perasaan terluka akibat penolakan. Namu ada juga yang menyikapi dengan raksi artinya keinginan untuk mendapatkan pengakuan dan penerimaan tanpa memperdulikan harga yang harus di bayar.
Seorang yang menikah dari peraaan tertolak sesungguhnya ia membutuhkan perhatian yang ekstra dan itu akan berlangsung terus menerus. Ketika ia tidak mendapatkan perhatian sebagai mana yang ia harapkan maka ia akan kembali merasakan perasaantertolak. Kemudian lama kelamaan ia akan meragukan pasangannya. Bila ini terus berlangsung untuk waktu yang lama pasangan menjadi marah, karena apapun yang ia lakukan, semua nya tidak akan terasa cukup bagi orang yang merasa tersebut.
Untuk mengatasi akibat dari penolakan, kita harus memulai dari diri kita, dengan pimpinan dan penguatan dari Yesus Kristus. Kemudian coba even yang menjadikan anda merasa tertolak dalam masa kecil. Untuk beberapa orang untuk mendapatkan penerimaan dari orangtua adalah sesuatu yang sulit oleh karena orangtua sudah meninggal namun kesadaran bahwa kita merasa ditolak mungkin adalah karena orang yang lain umpanay orangtua dulunya juga mengalami penolakan. Selain itu ia mungkin memiliki kelemahan yang tidak ia sadari. Dengan berupaya mengerti masalah orang tua yang menolak anda maka anda akan mengerti arti yang sesungguhnya akan penolakan yang anda terima. Ingatlah bahwa kita bukanlah orang-orang tertolak. Kita adalah orang yang mendapat penerimaan. Mulailah menjalani hidup dengan perasaan diterima.


Bab 5
Melepaskan Diri Dari Sikap Perfeksionis
Kebanyakan dari kita, menjadikan keberhasilan menjadi suatu kebutuhan. Ketika itu terjadi kita trikat pada usaha yang diperlukan, bukan untuk mendapatkan hasil yang terbaik, tapi hasil yang sempurna. Semakin tinggi tingkat kesulitan dan usaha yang dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan, semakin berkurang kegembiraan yang kita rasakan. Karena kesempurnaan menjadi terror yang menakutkan bagi kita.
Untuk mencapai kesempurnaan ini banyak orang melakukan usaha yang berlebih dan tak jarang menjadi kewalahan karena tugas sulit yang mereka tetapkan bagi diri mereka sendiri. Bagi orang yang perfeksionis, nilai mereka, pikiran mereka, ditentukan dengan mecapai berbagai tujuan tersebut.hal ini disebabkan oleh tuntutan orang tua kepada mereka untuk mencapai nilai yang baik.
Ketika kita menetapkan kesempurnaan dalam segala sesuatu bagi diri kita, maka itu seperti  menghadapkan diri kita kepada berbagai peraturan. Saat kita lahir, kita telah dikelilingi oleh berbagai nasihat, peringatan, keharusan, dan pengharapan. Namun bila muncul menjadi ingin sempurna maka orang tersebut akan menjadi takut kan kegagalan. Bagi orang yang perfeksionis, suatu kegagalan atau kenyataan orang lain melakukan sesuatu yang lebih baik dari pada dia, akan sangat menyakitkan bagi dia, karena tingginya standard yang dia lakukan bagi dirinya.
Orang yang perfeksionis sama seakales tidak dapat menerimapikiran untuk menjadi orang-orang yang biasa-biasa saja. Sering seakali orang yang pefrfeksionis melakukan sesuatu untuk melaukan semuanya atau tidak sama seakales. Pemikiran yang lain adalah keungulan diraih tanpa susah payah. Jika sesuatu berjalan tidak sesuai dengan yang dipikirkannya atau yang diinginkannya maka dia akan menunda-nunda waktu dalam menyelesaikan hal tersebut. Selain itu ia identik dengan melakukan sesuatu dengan sendir. Bagi orang perfeksioonis hidup dalam kelemahan terlihat bodoh, bingung, atau menakutkan. Jadi, dia akan menyembunyikan perasaan dan pikirannya, terutama ketakutan dan kekhawatiran yang dia rasakan. Dia berpkir bahwa orang lain tidak menerima kelemahannya sebagai seorang manusia tersebut.
Orang yang perfeksionis tidak mau dalam urutan yang kedua. Ini pertanda ia menyukai persaingan namun jika ditanya ia tidak akan mengakui itu. Sebaliknya yang ia lakukan adalah bersaing dengan dirinya sendiri. Orang yang perfeksionis juga menjalani kehidupan berdasarkan banyak peraturan-yang tidak tertulis.
Seorang perfeksionis menginginkan kepastian, bukan resiko. Dia merasa senang melakukan pekerjaan yang dia ketahui hasil akhirnya. Ada tiga hal yang dilakuakan oleh seseorang yang perfeksionis: menolak pekerjaan yang dia tahu tidak dapat dis selesaikan dengan baik, bila mendapat intrupsi dari orang lain dia akan cepat marah, seka menunda-nunda dalam melakukan sesuatu dan hal ini bisa saja perasaan yang tidak nyaman yang dirasakan.
Orang yang perfeksionis menjadi sangat rapuh bila hatinya terluka atau merasa sakit hati. Mereka bersikap menyakiti diri mereka sendiri dan menciptakan berbagai pikiran yang tidak masuk akal.
Untuk melepaskan dari perfeksionis adalah kita menunjau diri kita siapa kita di mata Tuhan. Renungkan perjalanan tersebut setiap hari dan biarkan itu meresap dalam pikiran anda, untuk menghapus semua perkataan negative yang anda telah dengar selama bertahun-tahun dan tersimpan dalam ingatan anda.
Rasa takut akan kegagalan sering timbul secara otomatis dalam pikiran kita. Itu adalah bagian dari diri kita yang disebabkan oleh masa lalu, yang sering timbul dari waktu ke waktu. Dan sering penghalang bagi kita untuk melangkah maju.

Bab 7
Malawan Sikap Terlalu Memaksa Diri Orang Lain
Seorang anak yang terlalu banyak dipaksa, akan selalu mengandalkan pertolongan dari orang lain. Ketika ia bertumbuh dewasa dia akan tetap merasa tidak dapat melakukan apa-apa tanpa pertolongan orang lain.
Akbat anyak paksaan dalam hidup baik dalam keluarga, lingkungan, pekerjaan dll. Dalam berbagai cara semua anak-anak melawan sikap yang terlalu banyak memaksa tersebut. Perlawanan dapat mengambil beberapa bentuk ketika orang-orang tersebut menjadi dewasa. Mereka mungkin akan menolak usulan-usulan dan perintah dari orang lain, karena mereka mengingat akan pengalaman masalalu mereka. Bisa saja menolah firmanTuhan dengan keharusan-keharusannya dan juga bisa menolak orang lain.
Sikap kepatuhan dan ketergantungan kepada orang tua setelah dewasa dia akan menjadi orang yang selalu tergantung pada orang lain dan meminta petunjuk dari orang lain namun kemudian dia akan menjadi orang yang sulit uttuk mengambil keputusan. Kepatuhaannya pada orangtua akan juga ia lakukan kepada orang-orang tertentu seprti kepada gru, atasan dll. Seorang penuntut dan patuh akan merasa takut dan bingung bila tidak ada orang yang mengatakan kepadanya apa yang dilakukan dan bagai mana melakukan. Dia tidak dapat mengambil prakarsa irinya sendiri jadi dia menghabiskan  waktunya untuk menemukan susunan yang menjelaskan semua tugas dan batasannya.
Seorang yang penurut dan patuh ini sesungguhnya melawan dirinya sendiri. Dia melawan resiko dari belajar bagaimana untuk berfungsi dan mengatur hidupnya sendiri.  Semakin besar tekanan yang mereka berikan kepada diri mereka sendiri maka semki besar perlawanan yang mereka lakukan. Meraka suka berdalih, sampai ada sebbuah perintah dari orang lain datang, dan mereka akan mematuhinya dengan penuh kecintaan.
Untuk melepaskan diri dari sekiap memaka ini membutuhka usaha keras. Orang itu harus dapat mengembangkan sikap dan cara pandang yang baru terhadap kehidupan. Langlah pertama adalah untuk menggali perintah atau pengarahan yang biasanya ada di otak. Bagian dari diri anda yang melawan itu biasanya selalu mendengar berbagai nasihat, usulan, petunjuk, dan juga perintah dari orang lain, sebagai sesuatu yang harus di lakukan.
Cara lain untuk meninggalkan pola hidup anda yang suka memnatang orang lain adalah dengan memiliki sikap tegas dan percaya diri, tanpa menjadi sombong. Kehidupan seperti ini bukan dimotivasi oleh kemarahan atau ketakutan pada orang lain, tapi di motivasi oleh keinginan untuk memperhatikan diri anda sendiri, dan juga memperhatikan orang lain. Untuk memiliki sikap tgas dimulai dari pikiran anda, dan perkataan anad kepada diri sendiri. Oleh karena itu untuk menjalani kehidupan yang tegas dimulai dari membersihkan pikiran anda  dari semua perkataan negative dan pikiran yang suka melawanserta tidak mau mengalah.

BAB 8
MENGHILANGKAN SIKAP INGIN SELALU DITURUTI KEMAUANYA

Seorang yang terlalu dimanjakan dan selalu dituruti kemaunya ketika masih kecil tidak pernah merasakan kebahagiaan yang sejati. Sebaliknya, mereka cenrung memperhatikan pada pengalaman yang buruk atau tidak memuaskan da mereka tidak pernah merasa puas. Anak seperti ini akan tumbuh menjadi seorang dewasa yang selalu mengharapkan orang lain untuk memenuhi keinginannnya atau kebutuhannya. Tanpa sadar dia membuat suatu pola sikap yang suka menuntut secara terus menerus, yang akhirnya dapat menimbulkan perasaan tidak puas, serakah dan egois. Bahkan dengan tercapainya suatu keberhasilan tetap tidak dapat membuatnya merasa puas.
Orang yang ingin selalu dituruti kemaunnya tersebut selalu merasa takut ditinggalkan dan tidak diperdulikan. Beberapa dari mereka memiliki fobia terhadap kesepian, dan karena kecendrungan mereka adalah untuk selalu diperhatikan dan dicukupi kebutuhannya oleh orang lain, maka itu yang membuat orang lain menjauhi dirinya. Jika mereka dipaksa untuk menjaga diri mereka sendiri maka mereka akan merasa cemas dan gelisah. Ia juga menuntut banyak perhatian.
Orang tua yang memperhatikan anaknya dnegan berlebihan bisa karena ia menyelesaikan rasa bersalanya terhadap anaknya, bisa juga oleh karena takut kehilangan dan ada juga oleh Karena sang orang tua tidak mendapatkan perhatian yang cukup ketika ia masih anak-anak anak sehingga ia merubahnya kepada anaknya.
Ada beberapa kata atau pikiran serta perasaan yang ada pada orang yang dimanja semasa kecil diantaranya:
-          Perkataan seharusnya dan semestinya
-          Ketidak mampuannya untuk membuat orang lain merasa baik
-          Tidak bisa untuk menjadi pendengar yang baik
-          Terus menerus merasa tidak puas
Utnuk mengatasi masalahmasalah ini tidaklah mudah naumn bis aidatasi yaitu dengan cara menuliskan masalah-masalah yang dimiliki kemudian menuliskan kelemahan kelemahan oleh karena perasaan yang dimanja tersebut. Kemudian pikirkan mau kemana dan apa yang akan diselesaikan. Mintalah Tuhan menolong anda dalam menyelesaikan harapan anda tersebut.

Bab 9
Menyembuhkan Kelumpuhan Emosi
Banyak orang yang dilumpuhkan dan dibuat tidak berdaya oleh ketakutan; takut untuk mengambil keputusan, takut tidak mendapat persetujuan, takut untuk bersikap tegas, takut orang lain tidak menyukai mereka, dan yang paling besar adalah takut untuk mendobrak pola hidup yang telah memarangkap meraka. Kelumpuhan fisik emang menyeramkan namun akan menjadi prustasi ketika kelumpuhan itu adalah oleh karena pikiran, yaitu kelumpuhan yang diakibatkan oleh perasan takut.
Kelumpuhan yang demikian terjadi kepada orang yang berada di tepi kolam betsaida selam 38 tahun diman ia sudah putus asa dan merasa tidak mampu lagi utnuk melakukan apa-apa. Ia memberikan alasan mengapa ia tidak sembuh. Dia memang sudah berusaha tapi bisa saja dirinya ditanami prinsip ketidak berdayaan, dan itulah yang menguasai dirinya.

Ada harga yang harus dibayar untuk berubah, membuat perubahan sekecil apapun, berarti melepaskan hal-hal yang bisa anda lakukan anda akan merasa tidak nyaman untuk sementara. Namun keputsan itu harus diambil dan diri anda sendirilah yang mengampbil keputusan itu.
Salah satu bentuk yang paling umum dari kelumpuhan emosi adalah menjadi terlalu penurut atau pengalah . hal ini dapat dilihat dengan seringnya anda mengalah pada orang lain dan pada setiap permintaan atau tuntutan  mereka kepada anda. Anda tunduk kepada mereka dan mengabaikan perasaan anda sendiri karena harus memenuhi keinginan meraka. Eputusan anada ini hannya ingin menyenangkan orang lain namun mengorbankan perasaan anda sendiri.
Bntuk lain dari kelumpuhan emosi dapat dilihat pada orang-orang yang terus menerus mencari penghargaan dari orang lain. Keinginan untuk mendapat penghargaa dari orang lain tidak pernah berakhir. Karena kebutuhan orang yang mengalami  kelumpuhan emosi tidak pernah merasa puas. Dia lebih sering dihantui keinginan untuk enyenangkan orang lain dari pada dirinya sendiri.
Semua orang ingin di hargai namun bila itu menjadi dominan sehingga pandangan anda menjadi kabur untuk hal-hal yang lain sehingga ada perdebatan yang tak peranah berakhir dalam pikiran anda. Sesungguhnya anda terlau mahal membayar pujian dan rasa nyaman dari orang lain dengan mengorbankan diri anda sendiri.
Untuk merobah keadaan ini adalah dengan menyadari dan menulisak apa yang sesungguhya yang diharapkan ketika kita berbuat baik kepada orang lain. Kemudian mulailah untuk bersikap tegastermasuk untuk memberikan pikiran dan perasaan secara terbuka, seperti keramahan dan perhatian, harapan, ketakuta. Hal itu memberikan suatu perasaan tenang yang nyaman, karena memiliki kemampuan untuk mengatakan tidak denagn  tidak menyimpan perasaan dalam hati.
Kelumpuhan secara emosi bukan penyakit yang permanen; itu dapat disembuhkan. Bukan hanya dapat berjalan namun akan berjalan tanpa kepincangan. Anda melepaskan tongkat yang digunakan, dengan mengijinkan Yesus dalam mengajari anda berjalan.

BAB 10
MENGOBATI LUKA-LUKA ANDA
Bebebrapa luka-luka batin termasuk, keputus asaan, perasaan gagal, kehilangan semangat, duka cita, rasa bersalah, menolak diri sendiri, dan rasa mengasihi diri sendiri. Luka luka perasaan ini mendatangkan kesepianyang jadikan suka mengasingkan diri. Merasa diri terasing, gampang curiga, dan menyalahkan orang lain. Untuk hal ini ada beberapa hal yang dilakuakn dalam dimensi pertahan ego yaitu: menekan perasaan, menjadi sensitifgampang curiga, hidup perasaan tertekan.
Ketika kita menekan perasaan yang ada agar tidak muncul, atau kita berusaha untuk tidak menanggapi perasaan yang muncul maka kita akan menjadi kesepian. Sebagian orang melarikan diri dari perasaan perasaan yang muncul. Mereka berusaha mendungi diri sendiri, dengan bersembunyi dibalik pikiran mereka serta menjadi takut dan menjauh dari orang lain. Mereka menjadi suka menuntut dan curiga terhadap orang lain. Sesungguhnya pikiran orang dapat menjadi penghalang baginya untuk merasakan berbagai perasaan seperti, kedamaian, kasih, kekanguman, kegembiraan, dan kelembutan.
 Seorang yang mengalami penerimaan dan kasih sayang yang cukup ketika masih kanak-kanak, akan lebih mudah mencapai kedewasaan mereka. Sebaliknya kurangya penerimaan orang lain akan menghalangi untuk memiliki sikap menerima dan menghargai diri sendiri. Kesulitan untuk membuka diri akan hal yang terjadi pada sekitar bahkan juga kepada Tuhan. Hal ini membuat anda menjadi sensitive tau berusaha menekan berbagai perasaan yang ada miliki.
Seseorang yang menjadi sensitive menjalani idup dalam kehidupnya berdasarkan perasaan, dan berarti hidup dalam keraguan. Dia tidak pernah merasa tenang dan selalu bertanya-tanya tentang apa yang dipikirkan, dirasakan orang lain terhadapnya. Keraguan dan rasa tidak yakin dari seseorang membuatnya selalu mencari kepastian dan penerimaan dari orang lain.
Dalam mengatasi perasaan ini adalah dengan belajar hidup pada masa kini bukan lagi pada masa yang lalu.
Selain itu ada rasa curiga. Rasa curiga sesungguhnya adalah seseorang yang menyimpan ganjalan dalam pikiran. Anda memandang hidup ini dengan dugaan yang melekat dalam pikiran anda. Kemudian anda mencari dan mencari yang dekat dengan dugaan tersebut. Hal itu akan membuat sulit untuk berhenti untuk mencurigai dan membuat suatu tindakan. Seorang  yang curiga tidak akan mengabaikan fakta yang ada. Dan dia mempunyai pandangan yang tajan dan sempit akan sebuah hubungan.
Memiliki sikap curiga bukanlah yang timbul begitu saja, namun sudah ditanam sejak masih muda. Curiga sesungguhnya diakibatakan oleh ada perasaan yang kurang dalam diri kita sendiri. Menjadi gampang curiga dapat melumpuhkan pikiran, namun anda dapat mengubah hal ini, bila anda mengakui bahwa ini adalah pola yang ada miliki, dan itu bukan merupakan cara yang terbaik untuk menjalani hidup ini, ada beberapa hal yang harus dilakukan yaitu.  Ketika menemukan diri anda melakukan sesuatu untuk melindungi diri sendiri segeralah berhenti. Kedua hentikan diri anda sebelum melakukan apa yang dingin di lakukan.
Ketika anada mebuka pintu hati, segala keterbatasan, belenggu, ikatana, dan perasaan putus asa, terlepas. Membuka pintu yang terkunci meberikan kesempatan anda untuk melihat secara benar siapa diri anda sekarang, dengan pengaruh di masa lalu dan apa yang ingin anda lakukan untuk hidup dimasa depan, dengan pertolongan dari Roh kudus.

Tangapan
Buku iniberisikan bagimana masalalu seseorang memiliki dampak yang begitu besar kepada kepribadian seseorang. Tanpa disadari bertamabahnya umur tidak menjadikan seseorang sudah lepas dari pada masa kecilnya. Lamanya sutau peristiwa terjadi tidak otomatis menjadikan peristiwa itu tida hilang dari keberadaan kita. Banyak orang yang tidak meyadari mengapa kepribadiannya menjadi apa yang terjadi saat ini dan bagaimana mengatasi bila itu sudah menggagu.
 Buku ini sangat jelas mengungkapkan dan membimbing pembaca untuk melihat kepribadian pemcbaca dengan bercermin kepada masa lalu. Kepribadian itu dapat diatasi bila ada komitmen  utnuk menjadi pulih. Selain itu menemukan sumbernya dan menyadari dampaknya akan menjadikan seseorang semakin capat untuk disembuhkan dengan mengutamakan kuasa Tuhan dalam proses penyembuhan itu sendiri. 

Minggu, 20 Februari 2011

Emphaty

Judul Buku:    The Power of Empathy: A Practical Guide to Creating Intimacy,
Self Understanding, and Lasting Love
Penulis            :           Arthur P. Ciaramicoli, Ed.D., Ph.D and Katherine Ketcham
Penerbit:        A Plume Book, New York
Tebal:              275 halaman

THE POWER OF EMPATHY

I.      LAPORAN ISI BUKU

Pendahuluan
I will not exchange the sorrows of my heart for the joys of the multitude. And I would not have the tears that sadness make to flow from my every part turn into laughter. I would that my life remain a tear and a smile…. A tear to unite me with those of broken heart: smile to be a sign of my joy in existence.
n  Kahlil Gibran, Tear and Smile

Dalam pendahuluan bukunya ini Arthur menyampaiakn pergumulannya apakah ia akan mengespressikan pengalaman hidupnya yang sangat menyakitkan. Ia menuliskan:
This is a personal book. In these pages I tell many stories about my own life, the people I have loved, and those I have lost. I also relate the details of my relationships with patients, professors, students and colleagues. In these stories I reveal my joys and my sorrows, my fears, hopes, dreams, and moment of despair. I decided to disclose these personal details only after many, many weeks of agonized reflection. Even after making the decision, I woke up countless times in the middle of the night, tortured by questions.

BAGIAN PERTAMA

Pasal 1: Empathy’s Paradox
Empathy is the capacity to understand and respond to the unique experiences of another. Empathy’s paradox is that this innate ability can be used for both helpful and hurtful purposes.

Empati adalah kekuatan bawaan lahir, bagian dari warisan biologis kita, member kita energy, arah dan tujuan dalam hidup. Empati bukanlah suatu perasaan atau sensasi yang tiba-tiba meliputi kita, tetapi suatu  kecerdasn (intelligent), penggalian yang dalam akan apa yang terletak di bawa permukaan dunia kita. Menolong kita untuk memelihara suatu pemahaman keseimbangan dan perspektif dalam bentangan yang terus berubah-ubah (ever changing lascape), empati mengajar kita untuk melenturkan dan membelok, mengiklaskan sesuatu dan masuk ke dalam hubungan-hubungan kita dengan hati dan pikiran yang terbuka.
Empati didefinisikan sebagai kapasitas untuk memahami dan merespon pengalaman-pengalaman unik orang lain. Empathy’s paradox adalah bahwa kemampuan bawaan lahir (innate ability) ini dapat digunakan untuk tujuan-tujuan yang menolong atau merusak. Seperti arus lautan, empati pada saat tertetu dapat sangat tenang dan kemudian dapat menghancurkan secara ganas dalam waktu lainnya. Pendefenisisan selanjutnya, empati juga dipahami sebagai kemampuan untuk melihat ke dalam hati dan jiwa seseorang.


Pasal 2: David

            Dalam pasal ini penulis menceriterkan tentang saudara laki-lakinya yang bernama David. David adalah seorang yang cerdas dan atlet yang berprestasi. Ia mau melanjutkan seolahnya agar dapat menjadi kebanggaaan bagi orangtuanya. Akan tetapi suatu hari ia mengalami kebosanan dan minum bir sampai mabuk. Pada saat mabuk, ada orang yang mengajaknya untuk merampok. Ia melarikan diri sampai suatu ketika penulis mengetahui alamatnya dan menghubunginya lewat telepon. Ia membujuk saudaranya itu untuk pulang karena orangtuanya sangat merindukannya, dan mereka berjanji akan menyewa pengacara supaya ia terlepas dari tuduhan. David mengatakan bahwa dia lebih baik mati daripada dipenjara. Namun penulis terus membujuk dengan mengatakan bahwa orangtua mereka sangat rindu dan  tidak dapat hidup tanpa dirinya. David menyampaikan pesan kepada penulis bahwa dirinya sangat mengasihi orangtuanya. Setelah percakan dengan saudaranya itu, David pergi membeli heroin dan kemudian kembali ke kamarnya dan mengurung diri. Ia menyuntikkan heroin itu ke tubuhnya sehingga ia mati.
            Pada saat David meniggal, penulis berusia dua puluh tujuh tahun, telah meraih gelar master di bidang psikologi konseling dan sedang menyelesaikan tugasnya untuk meraih gelar doctor di universitas Massachusetts. Ketika penulis mengenang peristiwa itu, ia sangat terpukul dan sakit. Kenagan-kenangan itu terpahat dalam pikirannya, dan ia menyimpan semuanya itu dalam kepedihan yang amat dalam. Bahkan ia menyesali dirinya mengapa ketika penguburan pun ia tidak menangis. Apakah karena ia terlalu takut untuk mengangis pun ia tiak tahu. Ia berusaha menyelesaikan studinya, tetapi ia tidak bisa focus, tidak bisa berpikir, tidak bisa bereaksi, dan tidak dapat merasa (feel). Ia kehilangan iman (lost faith dan bertanya-tanya mengapa ia tidak bisa menyelamatkan David. Ia menyadari bahwa pada saat ia mendesak adiknya untuk pulang ia tidak sabaran dan egois. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam benaknya memberikan satu jawaban yang cepat—dia tahu bahwa dia tiak ingin mempraktekkan psikoanalisa tradisional, transaksional analisis, terapi Gestald, atau metode-metode standard psikoterapi lainnya. Karena dia menyadari bahwa berbulan-bulan setelah kematian adiknya itu, penulis tidak tahu apa-apa. Dalam interaksinya dengan teman-teman dan professornya di kelas, dia heran melihat kenyataan bahwa sangat sedikit orang berbicara tentang kepedulian caring), pengertian (understanding), seni mendengar (the art of listening), dan bahkan kebaikan manusia yang sangat sederhana. Kebanyakan dari tean-teman dan profesornya hanya mendiskusikan konsep-konsep yang tiada akhir seperti, gaya kognitif dan pertahanan-pertahanan counteractive. Dan akhirnya membuat catalog tentang gejala-gejala pasien dan labeling. Ia juga mendengar dari mereka bahwa kematian David adalah disebabkan oleh “depressive illness”, “personality disorder”, atau “Oedipal Complex” yang belum selesai.
            Akhirnya penulis tiba pada suatu pemahaman tentang empati. Ia memikirkan adiknya adalah sebagai bagian dari empati. Dan dengan empati itu ia mau menyelamatkan dan menyembuhkan jiwanya. Empati menyembuhkan dirinya, dan mengajarkan kepadanya tentang pengampunan, yang membawa dirinya mengalami suatu transformasi.


Pasal 3: Wired for Empathy

Empathy is part of our genetic endowment, a gift bestowed by nature to ensure the survival of all living things.

            Melalui kematian saudaranya, penulis belajar tentang kekutan empati (the power of empaty), untuk menyembuhkan bahkan luka yang terdalam. Empati memberinya insight yang akhirnya membolekannya untuk memulai proses pengampunan dirinya sendiri. Empati membimbingnya dalam berinteraksi dengan orangtuanya sebab mereka sangat bergumul untuk “deal with” dengan dukacita yang tiada berakhir itu. Dan empati membawanya kepada suatu pengertian yang lebih dalam tentang kemungkinan-kemungkinan kreatif untuk pertumbuhan dan merubah hidup semua orang, tidak masalah seberapa bermasalah atau putus asanya mereka. Dia yakin bahwa David masih hidup hingga saat ini jika pada saat itu ada empati dari orang-orang yag mau menolongnya. Seandainya penulis mempunyai kesempatan kedua, ia akan menolong David dengan empati.
            Tanpa empati kita tidak dapat terhubung satu sama lain dalam cara yang penuh arti. Kita akan hidup dlam kesendirian dan kesunyian, pikiran kita tidak akan dapat tersambung dengan emosi kita, setiap kita menjadi pulau-pulau yang tanpa jembatan-jembatan pengertian yang dapat menghubungkan kita.

Empati dalam Otak
            Empati sangat kritis terhadap perkembangan dan bertahan hidup kita, yang secara langsung terpasang (wired) ke dalam otak kita, khususnya ke dalam dua daerah otak yang berbeda tetapi saling berkaitan (interconnected)—amygdale dan neocortex. Amygdala adalah bagian otak yang primitive yang dienal dengan system limbic. Ini adalah otak emosi—generator yang instan terhadap nafsu, kemarahan, frenzy, dan bliss, tempat dimana airmata dibentuk dan ingatan-ingatan pribadi yang sangat berarti disimpan.
            Dengan setiap  orang yang kita jumpa dan setiap situasi baru yang kita temukan, pertanyaan amygdale yang paling kuat adalah: apakah aku dalam bahaya yang menyakitkan? Jika jawabannya adalah ya, amygdale segera mengirim peringatan keluar yang memicu hormone-hormon, memoblisasi otot-otot untuk bertindak, memaksa darah ke jantung, dan menciptakan kesiapan untuk melarikan diri dari bahaya atau bersiap menghadapi bahaya. Reaksi yang otomatis ini disebut dengan fenomena fight or flight, melawan atau melarikan diri.



Pasal 4: Expressing Empathy

                        “Being empathic is much more than having empathy”

            Empati mulai dengan pemahaman, tetapi berbeda dengan apa yang dipikrkan kebanyakan orang, empati tidak berhenti disana. Empati tidak hanya mengatakan, “Aku mengerti apa yang sedang kau rasakan atau pikirkan.” Itu hanyalah langkah awal dalam suatu proses yang panjang dan effortful. Karena ketika kita memmpunyai pengetahuan dan pengertian yang cukup, empati meminta bahwa kita harus mewujudkan ide-ide kita dalam tindakan-tindakan nyata. Being empathic (menjadi berempati) adalah lebih penting dari pada having empathy (memiliki empati), karena itulah yang kita lakukan sehingga empati berarti. Menggerakkan pemahaman kita dari dalam ke luar, kita dapat belajar mengekspresikan empati degan cara yang konstruktif/membangun, selalu dengan maksud untuk menolong bukan menyakiti.
            Mengekspresikan empati bukanlah suatu proses langkah demi langkah yang sederhana “mengatakan ini” atau “lakukan itu”. Sebenarnya, para psikolog yang mempelajari empati menekankan kerja keras yang dilakukan dalam pemahaman yang akurat tentang emosi orang lain dan kemudian merespon dalam cara-cara yang menghormati keunikan individu dan situasi.
            Kebanyakan orang membayangkan empati sebagai suatu respon emosional yang otomatis terhadap perasaan-perasaan atau pikiran-pikiran orang lain. Kata otomatis memang penting, karena kita memvisualisasikan empati sebagai suatu kesegeraan, reaksi yang spontan terhadap kepedihan, sukacita, dukacita atau ketakutan orang lain. Pemahaman yang seperti ini adalah suatu emosi yang submissive, a giving in and letting go, a short virtual reality—we put ourselves in the other person’s shoes, secara passif menyerap pengalamannya, seolah-olah mengamati dunia dari matanya, merasakan emosi-emosinya, bahkan memikirkan pikiran-pikirannya.
            Kemampuan membaca pikiran orang lain adalah kemampuan yang penting, tidak perlu diragukan tentang hal itu, tetapi jika empati berakhir disana, itu tidak berbuat banyak. Ketika kita dapat menggunakan empati untuk meraih suatu pemahaman yang lebih baik satu dengan yang lainnya, sensitifitas yang meningkat itu tidak perlu membawa kita pada aksi. Empati adalah salah satu dari pengalaman-pengalaman emosional. Kita merasakannya, tetapi apa yang dapat kita perbuat tentang itu? Inilah suatu kebenaran tentang empati: Jika kita tidak melakukan apa-apa tentang insights kita teradap pikiran dan perasaan orang lain, kita bukanlah orang yang berempati. Jika kita hanya duduk disana dipenuhi dengan emosi yang dibagkan (shared emotion tetapi tidak bersedia atau tidak mampu membuat transisi dari perasaan ke aksi, kita sedang menyangkal empati. Karena empati selalu action-oriented.
            Mengetahui bagaimana menaruh empati ke dalam tindakan adalah suatu seni yang membutuhkan latihan, dan seperti seni lainnya, respon yang empatik butuh kesabaran, kesungguhan dan fleksibilitas. Empati bukanlah suatu alat atau tekhnik yang dapat dengan mudah dikuasai. Tetapi, empati adalah suatu kemampuan bawaan (innate capacity) yang perlu diasah dan diperhatikan secara hati-hati.
            Belajar bagaimana mengekspresikan empati—menaruh pikiran dan perasaan dalam kata-kata yang akan menemukan jalannya ke dalam hati dan jiwa orang lain—membutuhkan kesadaran diri (self-awareness), rfleksi yang hati-hati, dan sejumlah praktek yang penuh pertimbangan. Untuk menolong orang belajar bagaimana mengekspresikan insight mereka guna menolong bukan menyakiti, berikut hal penting yang perlu dilakukan:
1.      Ask open-ended questions
2.      Slow down
3.      Avoid snap judgment
4.      Pay attention to your body
5.      Lear from the past
6.      Let the story unfold
7.      Set limits
Pasal 5: Empathic Litening

“Empathic listening is always centered on the other person, and it is goal is to make the oter feel uniquely understood.”
           
            Ada ungkapan yang mengatakan bahwa kita diberi dua telinga dan satu mulut, artinya bahwa kita harus mempergunakan waktu untuk mendengar dua kali lebih banyak dari berbicara. Tetapi siapaakah diantara kita yang lebih sedikit berbicara? Ketika kita mendengar, apakah kita benar-benar mendengar atau justru mempersiapkan apa yang akan kita katakana apabila tiba giliran kita untuk bicara? Bagaimanakah seharusnya mendengar, lebih penting lagi bagaimanakah seharusnya mendengar secara empati?
            Kelitannya mendengar itu mudah—kita hanya berhenti berbicara dan memusakan perhatian terhadap apa yang dikatakan orang lain. Akan tetapi dari semua keahlian dalam beempati, mendengar (listening) butuh konsentrasi dan focus, karena ada banyak cara yang membuat perhatian kita beralih (distracted). Banyak orang mendengar dengan hanya setengah telinga (half an ear), menunggu gilirannya untuk bicara, tetapi sepanjang itu pula ia mempersiapkan apa yang akan dikatakan ketika orang lain bicara. Kita cenderung mendengar dengan membias, making up our minds sebelum kita mendengar cerita seutuhnya. Kita mendengar dengan simpati, menghubungkan semua apa yang dikatakan orang lain dengan pengalaman-pengalaman kita sendiri dan kemudian membuat komentar yang tidak menghormati keunikan pikiran dan perasaan orang lain, “Saya benar-benar mengerti apa yang kau rasakan” atau “Aku tahu apa yang kamu maksudkan”. Dan kemudian kita teralih oleh kebisingan yang berasal dari suara-suara internal kita sendiri, menilai atau menduga-duga diri kia sendiri.
            Mendengar dengan empati perlu mengesampingkan pandangan self-centered dunia kita dan kemudian berparticipasi sepenuhnya dalam pengalaman orang lain. Mendengar dengan empati memerlukan pemusatan perhatian, tiak hanya kepada kata-kata yang diucapkan tetapi juga kepada bahasa tubuh, general posture, posisi tubuh dan ekspresi wajah. Ketika kita mendengar dengan empati, kita membuat usaha yang sadar untuk mengesampingkan bias-bias kita. Kita belajar bagaimana menghubungkan perasaan kita dengan emosi-emosi orang lain tanpa terbawa ole mereka, melangkah masuk dan melangkah mundur. Dan kita menemukan bagaimana hidup mendua dan ketidakmampuan menemukan jawaban atau solusi terhadap semua masalah. Kemampuan endengar seperti ini adalah suatu jenis mendengar yang kudus (holy listening).
            Pendengaran empatic (kudus) masuk secara mendalam ke dalam hati dan jiwa seseorang untuk menyingkapkan apa yang disembunyikan oleh ketakutan, amarah, grief, atau keputusasaan orang tersebut. Jenis mendengar yag seperti ini dapat dipelajari, dapat diteruskan dari seeorang kepada orang lain. Kita belajar bgaimana mendengar dengan empati dengan berada disekitar orang yang empatik dan mengerti bagaimana mendengar jiwa kita. Ketika kita tahu melalui pengalaman kita sendiri, kemampuan mendengar empatik itu akan kita serap, sehingga menguatkan hubungan kita dengan orang lain dan diri kita sendiri.
            Empati bukanlah simpati. Empati, seperti yang telah disebutkan diatas adalah kemampuan bawan yang memotivasi kita untuk bertindak compassion dan altruism. Simpati adalah emosi, pengalaman pasif dari apa yang di-sharing-kan oleh seseorang. Simpati berarti “to suffer or experience with.” Empati berarti “menderita atau mengalami dalam.” Mungkin hal ini sulit dipahami, tetapi gamabarannya adalah seperti mencampurkan air dengan minyak versus mencampurkan air dengan susu. Dengan simpati, minyak dan air berdiri berdampingan, bersentuhan dan berinteraksi, tetapi selalu mempertahankan identitas mereka yang terpisah—dua orang bersama dalam pengalaman-pengalaman mereka yang terpisah. Dengan empati, air dan susu bercampur (intermix) sehingga masing-masing menjadi yang lain dan bersama mereka menciptakan suatu keseluruhan—dua orang berada dalam pengalaman yang sama dibagikan (same shared experience).
            Mendengar yang empati selalu berpusat pada orang lain, dan tujuannya adalah untuk membuat orang lain merasa dimengerti secara unik. Ini artinya menjaud dari yang uum ke yang spesifik, dari yang tumpul menjadi tajam, umum ke yang jarang, lama ke baru, biasa ke yang luar biasa. Simpati kembali ke masa lalu, mengekspresikan suatu pengertian perasaan yang umum berdasarkan pengalaman yang biasa. Empati selalu focus pada saat sekarang, pada apa yang sedang terjadi sekarang.
Mendengar yang simpatik dapat merusak hubungan karena terlalu digeneralisasi. Ketika orang dalam masalah atau kepedihan, kerinduannya yang paling dalam adalah dimengerti, pengharapan bukan peraturan. Simpati membolehkan kita menderita dengan orang lain tanpa pernah dekat dengannya. Sebaliknya empati go deeper, to listen with rapt attention, to understand, to mix in dan share another person’ heart and soul.  
           

Pasal 6: Sex, Intimacy, and Empathy

We touch bodies when we have sex, but we can only touch hearts and souls with empathy guiding the way.

            Bagaimanakah kita memaknai kembali (put meaning)—feeling, passion, heart, dan soul—sex? Jawaban satu-satunya adalah empati, karena hanya dengan empatilah kita dapat meraih keintiman yang sejati, keadaan pemahaman bahwa pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan orang lain ketika secara simultan mengetahui bahwa orang lain itu memahami pengalaman-pengalaman kita yang paling mendalam. Sentuhan jiwa (touching soul) adalah impian kita dalam semua hubungan yang intim, termasuk sex, tetapi kita dapat mendekati jiwa seseorang tanpa bimbingan empati.
            Sex tidaklah hanya suatu rasa lapar, haus, atau rasa gatal yang harus digaruk. Jika pemahamannya demikian, masturbasi akan dapat memuaskan semua keinginan sexual kita. Apa yang kita cari dalam pengalaman sexual tidaklah semata-mata hanya pelepasan ketegangan (tension) melainkan momen perpaduan dua jiwa yang secara simultan meneguhkan dan memperluas hubungan di antara kita. Inilah keintiman yang paling puncak, saat dimana dua jiwa dan dua hati menyatu.
            Bagaimanakah empati menciptakan keintiman, melampaui daya tarik fisik untuk meliputi hati dan jiwa? Daripada mencoba menggambarkan hubungan manusia yang sempurna, penulis percaya kita dapat belajar tentang kuasa empati (the power of empathy) dengan menyaksikan bagaimana kuasa empati itu dapat memimpin kita dari hubungan permukaan (superficial connection) kepada hubungan yang dalam, heartfelt yang menerima keberadaan pribadi secara menyeluruh, dan semua ketidaksempurnaannya. Penerimaan itu mencakup hal-hal yang internal dan eksternal, karena pada saat yang sama empati merangkul orang lain, menuntun kita untuk menerima diri kita sendiri dengan segala keterbatasan dan kekurangan atau kelemahan (shortcomings) kita. Melalui empati kita belajar bagaimana saling mengasihi secara mendalam dan benar, dan kita menemukan mengapa pencarian terhadap pribadi yang sebenarnya (the real person) bukan orang yang benar adalah merupakan pusat pencarian kita akan kebahagiaan.
            Dalam semua hubungan manusia kita mengalami (go through) berbagai tahapan keintiman, yaitu:
1.      Tahap idealisasi (idealization), saat kita jatuh cinta dan dari ujung posisi itu kita melihat hidup dengan cara yang terdistorsi.
2.      Tahap polarisasi, ketika kita bergerak dari ide bahwa segala sesuatunya adalah “wonderful, perfect, all I ever wanted,” menuju sudut pandang yang berlawanan, dimana kita menjadi asyik atau khusuk dengan cacat-cacat kecil dan cela dalam diri orang lain. Memperhatikan semua ketidaksempurnaan, yang mau kita sembunyikan karena titik-titik lemah itu merefleksikan kembali kerapuhan-kerapuhan kita sendiri.
3.      Integrasi (integration). Karena visi kita meluas untuk meliputi gambaran yang menyeluruh, kita memperhitungkan orang lain secara utuh, yang mencakup bagian-bagian “baik” dan “buruk”nya. Kita belajar melihat hal-hal yang sebenarnya dan membiarkan/menerima apa adanya (let go) apa yang sebenarnya yang inconsequential.


Pasal 7: The Dark Side of Empathy

            Empathy can help us sense danger. It can let us see into the hearts and minds of people who intend to deceive, manipulate, or harm us.

            Disini penulis menceriterakan tentang suatu peristiwa pemerkosaan yang dialami oleh Kelly. Peristiwa yang dialaminya adalah akibat dari sisi gelap empati yang dipergunakan oleh si pemerkosa. Si pemerkosa berempati terhadap kebutuhan psikologis Kelly. Ia menawarkan bantuan dan pada kesempatan tertentu ia pun memperkosa dan berencana untuk membunuh Kelly. Terhadap hal ini, penulis menyebutkan ada sepuluh langkah bagaimana menghindari sisi gelap empati:
Langkah pertama        : Learn the difference between authentic and functional empathy
Langkah kedua            : Know your longings
Langkah ketiga            : Learn to trust your natural instincts
Langkah keempat       : Pay attention
Langkah kelima           : Beware of uninvited intimacy
Langkah keenam         : Beware of hot and cold extremes
Langkah ketujuh          : Avoid blamers
Langkah kedelapan     : Watch out for self-serving reinterpretation
Langkah kesembilan   : Watch for inconsistent behavior
Langkah kesepuluh     : Remember: Empathy is not synonymous with kindness.


BAGIAN KEDUA

Empathy in Action
            Empati berfungsi untuk dua hal, memandu dan menjaga, menuntun kita sepanjang jalan menuju keintiman, hubungan yang bertahan lama dan pada saat yang sama mengajar kita bagaimana mempertahankan diri kita dalam menghadapi orang yang berniat jahat dan menipu kita.Dalam bagian pertama kita telah menyelidiki akar-akar biologis empati dan peran pentingnya untuk memampukan kita memahami diri kita sendiri, satu dengan yang lainnya, dan dunia yang kita diami. Empati adalah suatu keahliah bertahan hidup, suatu kapasitas bawaan lahir untuk memahami pikiran-pikiran orang lain dan suatu kemudi yang kuat yang menginspirasi kita untuk menciptakan hubungan-hubungan yang erat dan masyarakat-masyarakat yang peduli (caring communities). Suatu elemen social yang fundamental, intelektual, dan perilaku moral; empati memotivasi kita untuk melakukan kebaikan dan altruism, membawa kita jauh ke dalam hati manusia. Mempraktekkan empati meningkatkan kesadaran-diri kita, menguatkan hubungan-hubungan kita, dan menolong kita untuk memahami orang yang mungkin saja pada awalnya kelihatan aneh atau tidak ada kasih. Memperluas perspektif kita dan membuka pikiran kita, tanpa dapat diukur, empati member tambahan terhadap kehidupan yang menyenangkan dan kompleksitas.
            Dalam bagian kedua penulis menggali empati dalam tindakan, menunjukkan bagaimana kita mengalami empati melalui delapan perilaku atau cara ada (ways of being) yang terkadang diklasifikasikan sebagai prinsip-prinsip moral atau spiritual—kejujuran, kerendahhatian, penerimaan, toleransi, gtratitude, iman, pengharapan, dan pengampunan.


Pasal 8: Honesty

                                    Lying to ourselves is more deeply ingrained than lying to others.

            Kejujuran adalah darah kehidupan empati, oksigennya, nafas kehidupannya. Jika kita mengesampinkan kejujuran, empati kehilangan alasannya untuk ada. Karena bagaimana kita dapat berhubungan dengan orang lain dengan cara yang penuh makna jika kita tidak dapat dipercaya? Jika kita tidak mempersembahkan ketulusan, bagaimana kita dapat mengharapkan ketulusan dari orang lain.
            Jika kita menjadi jujur dengan orang lain, bagaimanapun juga, kita harus jujur dengan diri kita sendiri. Semua hikmat yang sebenarnya—dan kemampuan untuk bersama antara satu dengan yang lainnya tentulah suatu manifestasi hikmat yang penting—adalah berakar dalam pengetahuan diri. “kenalilah dirimu,” kata Socrates. Untuk mengenal diri kita sendiri, kita haruslah sepenuhnya jujur dengan diri kita sendiri.
            Kita perlu jujur tidak hanya dengan diri kita sendiri tetapi juga dalam hal bagaimana kita merasa/menduga (perceive) orang-orang yang berada di sekitar kita.
            Empati mendefinisikan kejujuran sebagai kemampuan melihat diri sendi secara jelas, memahami orang lain secara akurat, dan di atas semua itu, empati adalah kemampuan untuk mengkomunikasikan persepsi-persepsi itu secara sensitive, tactful ways.
            Empati, pertama dan terutama, adalah kemampuan, secara akurat, untuk memahami pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan orang lain. Disini, kata akurat sangat penitng, karena jika pemahaman kita salah maka respon-respon kita akan disalaharahkan. Keakuratan persepsi-persepsi kita, secara langsung mempengaruhi kesensitipan respon kita.
            Untuk mempraktekkan kejujuran ada hal-hal penting yang harus dilakukan:
·         Learn the difference between constructive and destructive truth-telling
·         Be respectful
·         Use honesty to set limits
·         Use your thoughts to cool down your emotions
·         Be honest with yourself
·         Every day, without fail, ask: what am I hiding?
·         Establish safety first.


Pasal 9: Humility

Imagine that every person in the world is enlightened but you. They are all your teachers, each doing the right things to help you learn patience, perfect wisdom, perfect compassion.

            Kerendahan hati (rendah hati) adalah tempat keseimbangan dimana kita mengetahui siapa kita dan siapa bukan kita (who we are not). Empati membimbing kita kepada suatu posisi dengan tetap membuat kita focus pada kebenaran perilaku kita, gently membuka mata kita dan membolehkan diri kita untuk melihat siapa diri kita sehingga kita dapat menghindar dari ketergelinciran, oleh pergumulan,  ke dalam sesuatu yang bukan diri kita. Kapan saja kita menaruh diri kita dalam suatu tempat yang istimewa, menganggap situasi kita adalah unik atau peraturan tidak berlaku bagi kita atau kita berada di atas semua itu, kita telah mengurangi kekuatan empati. Menghadirkan diri kita sebagai yang berbeda atau lebih baik, atau lebih pintar dari orang lain, berarti kita menciptakan suatu jarak yang hanya akan membawa kita kepada kesalahpahaman. Empati selalu berusaha untuk membawa kita lebih dekat antara satu dengan yang lain, mengingatkan kita bahwa kita saling membutuhkan, in fact, kita tidak dapat berhasil tanpa orang lain. Empati selalu menekankan underlying dan overpowering connection kita dengan orang lain dan dengan dunia.
            Empati mendefinisikan kerendah-hatian sebagai tempat keseimbangan dimana kita mengakui kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan kita. Dengan kerendah-hatian kita menghindari perangkap kesombongan atas apa yang kita raih dan penghancuran diri dengan membesar-besarkan kesalahan kita. Psikiatris Fritz Perls menjelaskan perbedaan antara the balanced person, the neurotic, dan the psychotic dengan cara demikian: The psychotic insists, “I am Abraham Lincoln”; the neurotic complains, “I wish I were Abraham Lincoln”, and the balanced person says, simply, “I am who I am.”
            Kerendah-hatian adalah sinonim dengan apa yang disebut narcisme yang sehat (healthy narcissisism), yang berarti bahwa kita mengerti bagaimana mempersembahkan sejumlah energy yang seimbang dari dalam keluar diri kita sendiri dan kepada orang lain. Kita dapat mengatakan “Aku adalah aku” tanpa menyombongkan diri (“I am who I am, and I am the greatest”) atau tanpa mengecilkan diri kita sendiri dengan kerendah-hatian yang palsu (“I am who I am, and I am nothing”). Humility menolong kita untuk menemukan keseimbangan antara semua dan yang tidak ada (nothing).
            Dengan empati kita menemukan rasa aman dalam realitas kita sendiri, mengetahui bahwa kita dilokasikan di suatu tempat antara the extremes of everything and nothing. Humility is the very foundation of empathy.
            Untuk mempraktekkan kerendah-hatian (humility), berikut hal-hal yang perlu dilakukan:
·         Ask for help
·         Put other people’s need above your own
·         Listen
·         Say your prayers
·         Consider your mortality


Pasal 10: Acceptance

The fir tree has no choice about starting its life in the crack of a rock… what (nourishment) it finds is often meager, and above the ground appears a twisted trunk, grown in irregular spurts, marred by dead and broken branches, and bent far to one side by the battering winds. Yet at the top…some twigs hold their green needles year after year, giving proof that—misshapen, imperfect, scarred—the tree lives.

            Dalam bukunya yang klasik On Becoming a Person, Carl Rogers, mendefinisikan penerimaan (acceptance) demikian:
By acceptance I mean a warm regard for him as a person of unconditional self-worth—of value no matter what his condition, his behavior, or his feelings. It means a respect and liking for him as a separate person, a willingness for him to possess his own feelings in his own way. It mean an acceptance of and regard for his attitudes of the moment, no matter how negative or positive, no matter how much they may contradict other attitudes he has held in the past. This acceptance of each fluctuating aspect of this other person make it for him a relationship of warmth and safety, and the safety of being liked and prized as a person seems highly important element in a helping relationship.
           
            Empati mendefinisikan penerimaan (sikap menerima) sebagai suatu tiga tahap (a three-stage), yang terus-menerus dalam proses. Dalam tahap pertama, kita belajar menerima diri kita sendiri dengan semua kontradiksi dan komplikasi kita. Penerimaan diri memimpin kita ke tahap kedua, dalam mana kita belajar menerima orang lain dengan semua kontradiksi dan komplikasi mereka. Dan tahap ketiga, kita menerima kontradiksi dan komplikasi yang tidak dapat dihindarkan yang muncul dalam setiap hubungan manusia ketika dua pihak yang berkonflik atau bertentangan bertemu. Empati memungkinkan terjadinya penyerahan, mengingatkan kita bahwa adalah OK untuk tidak OK. I am not okay, and you are not okay—but that’s okay.
            Empati membawa kita pada penerimaan dengan memperluas perspektif kita. Kita melihat diri kita, dengan mata lebar, dalam gambar yang besar. Menempatkan diri kita dalam konteks hubungan kita dengan orang lain. Menemukan tempat kita dalam komunitas yang lebih luas, kita belajar bahwa kita hanya dapat menerima diri kita jika kita menerima kebutuhan kita bagi orang lain.
            Berikut adalah hal-hal yang perlu dilakukan dalam mempraktekkan penerimaan:
·         Let go
·         Learh how to accept criticsm
·         Remember: growth through suffering
·         Find the place where you fit
·         Spend time alone
·         Take your time


Pasal 11: Tolerance

In a real sense all life is interrelated. All (people) are caught in an inescapable network of mutuality, tied in a single garment of destiny.

            Belajar bagaimana “mengangkat” (to put up) dengan orang lain adalah salah satu tugas yang paling menantang yang kita hadapi setiap hari. Kita saling membutuhkan, itu sangat jelas—lusinan studi-studi psikologi memberikan drama pembuktian bahwa kesehatan fisik dan emosi kita tergantung pada kasih saying, hubungan yang mendukung. Para psikolog, neurology, dan filsuf sepertinya setuju bahwa ada suatu fundasi biologis untuk kebutuhan kita menciptakan hubungan yang dekat dan penuh cinta kasih. Kebutuhan dasar untuk saling berhubungan ini adalah dikuatkan oleh empati.
Empati mengijinkan kita untuk berkomunikasi satu dengan yang lain, saling mengerti, dan yang paling penting, kita belajar untuk bagaimana hidup antara satu dengan yang lain. Kita saling sabar menghadapi (tolerate) antara satu dengan yang lain karena kita dapat menekankan bahwa empati adalalah dasar biologis toleransi. Jika kita semua sama, merasakan emosi yang sama, memikirkan hal-hal yang précis dipikirkan rang lain, kita tidak akan membutuhkan empati—kita akan secara otomatis benar-benar mengetahui apa yang setiap orang sedang pikirkan rasakan karena pikiran-pikiran dan emosi-emosi mereka akan menjadi replica yang sempurna dari pikiran dan perasaan kita. Tetapi kita tidak mempunyai pemikiran dan perasaan yang sama; kenyataannya, kebanyakan kita merespon dengan cara kasar yang berbeda bahwa adalah aneh bagi kita untuk benar-benar bergaul dengan baik.
Alasan kita bergaul dengan baik adalah empati, yang oleh Ross Buck dan Benson Ginsburg, didefinisikan sebgai “a primordial capacity for communication that inheres in genes.” Empati adalah bahasa bersama kita. Meskipun kata-kata tidak ada, kita masih bias berkomunikasi melalui ekspresi mata kita, mengubah mimic wajah kita, sentuhan tangan, dan kapasitas untuk mengerti (capacity for insight) yang memampukan kita untuk saling melihat hati dan jiwa kita serta kebenaran. Dengan empati, perbedaan-perbedaan di antara kita runtuh, dan kita bisa melihat kebersamaan yang yang kita miliki—hasrat hati untuk koneksitas, jiwa yang rindu terhadap pengertian. Empati mengarahkan kepada toleransi, yang dapat dideginisikan sebagai kemauan to put up with differences; as empathy expands our consciousness throughout our lives, it works to create an active appreciation and abiding repect for the great diversity of life on this planet.
Empati mendefinisikan toleransi sebagai the ever-expanding capacity to understand human nature in depth. Tolerance goes deep. Looking beyond the superficial outer layers—the color of people’s skin, the neighborhood they live in, the degrees they hold, the careers they pursue, the church they attend—to the inner heart and soul, we discover our common ground. We are all human being.Empati which is the act and the process of enlarging our perspective by looking at the world through other people’s eyes, leads to tolerance as surely a narrow mind leads to hatret and violence. As our vision expands we begin to see people in a new light. Understanding the pain of those who are the victims of prejudice and intolerance, we feel moved to speak out against it. Empathy is the antidote to the poison of prejudice.
Empati menuntun kita kepada toleransi, karena hanya dengan empati kita dapat membangun jembatan kepada orang lain yang tidak sama dengan kita. Hanya dengan empati kita dapat menjangkau atau meraih orang yang pada awalnya ingin kita singkirkan karena kita membayangkan bahwa dalam kebrutalan mereka atau kebodohan mereka, mereka tidak sama dengan kita. Empati mengingatkan kita bahwa kejahatan dalam diri orang lain adalah suatu potensi yang juga kita bawa dalam hati kita sendiri. Kapasitas untuk membenci, balas dendam, tidak mau mengampuni, bahkan membunuh ada dalam dirimu sebagaimana ada dalam diriku, sebagaimana juga ada dalam diri semua orang. Realisasi kerendah-hatian dan penerimaan dari bayangan diri kita sendiri benar-benar menuntun kita untuk bertoleransi.
Toleransi dimulai dengan kemauan untuk mendengar. Mendengar dengan empati berarti bahwa anda mengesampingkan diri anda dan masuk ke dalam pengalaman orang lain. Toleransi juga melibatkan kemampuan mendengar, yang  mana berbeda dengan kemauan mendengar. Banyak orang adalah orang-orang yang mau mendengar, tetapi mereka menyela, menasehati, dan menghakimi—dengan kata lain, mereka memotong empati melalui kemampuan mendengar mereka yang sederhana. Listening adalah seni yang membutuhkan waktu, disiplin, dan praktek.
Hal-hal penting yang perlu dilakukan untuk mempraktekkan toleransi adalah:
·         Be patient
·         Give yourself extra time
·         Take of your watch
·         Banish the words “hurry up” from your vocabulary
·         Take the other person’s perspective
·         Exhale
·         Smile
·         Speak up
·         Avoid criticism and its gentler (but not less harmful) cousin, teasing
·         Beware of anger and hostility
·         Beware to much tolerance


Pasal 12: Gratitude
There is only one real deprivation…and that is not to be able to give one’s gifts to those one loves most.

           
            Berterima kasih (gratitude), dalam kamus empati, tidak hanya suatu perasaan tetapi suatu cara mengalami dan berinteraksi dengan dunia. Merasa berterimakasih (grateful) adalah baik, tetapi empati menuntut bahwa kita perlu melakukan sesuatu tentang sensasi itu. Keeping gratitude to ourselves misses the whole point of the experience, for the gratitude, in empathy’s book, is a response that links one person to another.
            Untuk mempraktekkan gratitude, berikut adalah hal-hal yang perlu dilakukan:
·         Slow down
·         Ask: what do I need?
·         Say thank you as often as you can
·         Let people know you appreciate them
·         Use gratitude to organize your life
·         Learn to delay gratification


Pasal 13: Faith
As you go the way of life, you will see a great chasm. Jump.
It is not as wide as you think.

            Iman diinspirasi oleh kepercayaan terhadap kebaikan dasar dalam hati manusia. Iman member rasa percaya diri bahwa jika engkau bekerja keras, engkau akan melihat hasil-hasil. Tetapi iman empati juga berakar dalam keraguan. Berikut adalah penjelasan paradox yang tampak ini. Penulis mempunyai iman dalam observasi-observasi berikut:
·         Hubungan manusia adalah menyembuhkan
·         Empati adalah suatu kapasitas bawaan yang dapat berkembang melalui hubungan
·         Empati mengurangi stress, menghilangkan kekuatiran, meningkatkan kesadaran-diri, menguatkan optimism, menyelesaikan konflik, dan menciptakan keintiman.

Iman yang berasal dari empati adalah realistis, dan keraguan adalah fondasinya yang kuat. Dari keraguan—yang melibatkan keheranan, imajinasi, bertanya-tanya, mempertanyakan jawaban—kita telah menaruh kaki kita di jalan iman. Meragukan adalah mempertanyakan pertanyaan-pertanyaan—dan bagaimanakah kita dapat menerima jawaban jika kita tidak pernah bertanya? Keraguan adalah pertanda bahwa pikiran mencari. Jelaskan itu padaku kata si peragu. Tolong aku untuk dapat mengerti. Dan jangan hanya mengatakannya kepadaku—tunjukkan kepadaku. Tunjukkan, jangan katakana—itu adalah yang paling penting dalam pengajaran. Keraguan bertumbuh dari kepercayaan-diri, dan kepercayaan diri adalah unsure penting dalam iman. Jika kita tidak mempunyai iman dalam diri kita, bagaimana mungkin mengembangkan iman dalam realita-realita yang abstrak seperti empati, harapan, gratitude, dan pengampunan?
Iman sering ditemukan dalam kegelapan, ketika kita merasa tersesat dan takut, tidak yakin akan diri kita sendiri dan tempat kita di dunia ini. Kita membutuhkan iman ketika sepertinya kita kehilangan alas an untuk percaya. Kita membutuhkan iman pada sat krisis, tetapi iman juga melayani kita dengan baik dalam aktivitas normal sehari-hari. Ketika kita melakukan kesalahan, kita mempunyai iman bahwa pada masa yang akan dating kita akan berusaha menghindari kesalahan yang sama. Ketika anak-anak kita bertengkar, kita mempunyai iman bahwa mereka masih akan saling mengasihi pada hari yang akana dating. Ketika kita berdebat dengan teman, kita mempunyai iman bahwa hubungan kita akan bertahan. Ketika orang yang kita kasihi meninggal, kita mempunyai iman bahwa cintanya akan tinggal bersama kita selama hidup kita.
Untuk mempraktekkan iman, berikut adalah hal-hal yang perlu dilakukan:
·         Find a stepping-stone
·         Have your doubt
·         Beware of cynicism
·         Don’t be afraid to talk back to God

           
Pasal 14: Hope

Death is not the ultimate tragedy of life. The ultimate tragedy is depersonalization—dying in an alien and sterile area, separated from a desire to experience the things that make life worth living, separated from hope.

            Pada hakekatnya kita adalah orang-orang yang optimis. Semua kita ingin untuk percaya, karena dengan percaya kita dapat bertahan terhadap segala hal. Tetapi hidup terkadang menghantam dan kepercayaan menghilang dari kita, namun dalam ketenangan yang menghanyutkan itu, empati dapat membawa kita kembali untuk mempunyai pengharapan.
            Hope yang diinspirasi oleh empati selalu realistis. Hope bukanlah kepercayaan bahwa segala hal akan mengubah segala sesuatunya menjadi baik-baik saja, melainkan hope adalah keyakinan bahwa meskipun sesuatunya salah, namun kita akan menemukan cara untuk melaluinya. Entah bagaimana, dalam bahasa sederhana empati, selalu melibatkan hubungan-hubungan. Melalui hubungan-hubungan kita dengan dunia, satu sama lain, dan dengan diri kita sendiri, empati menjamin kita bahwa kita akan melaluinya.
            Pengharapan empati adalah ulet dan ngotot. Tidak peduli berapa kali harapan terpukul jatuh, ia tetap bangun lagi. Hope ada dalam kedua sikap kita (“I can do it”) dan dalam tindakan kita (“I will do it”). Hope adalah cara “menguatkan hati”—artinya, menemukan sesuatu untuk dipercaya, dan kemudian mengerjakannya agar berhasil. Hope tercipta melalui usaha yang besar, kerajinan, kesabaran, dan konsentrasi. Kita mencari harapan melalui komitmen kita untuk menaruh satu kaki kita tetap berada di depan. Tetapi untuk mengembangkan sikap yang penuh pengharapan—belajar untuk bagaimana percaya pada diri kita—kita butuh orang lain untuk dapat percaya kepada kita juga.
            Empati menuntun kita kepada pengertian, yang selalu menghasilkan harapan. Ketika kita memasuki suatu situasi dengan empati, berusaha keras untuk memahami semua kompleksitas, kita menyadari bahwa tidak hanya ada satu jalan dalam hidup.
            Untuk mempraktekkan harapan (hope0 hal-hal berikut perlu dilakukan:
·         Argue with yourself
·         Look for solution
·         Listen to music
·         Watch the movie it is a wonderful life
·         Avoid the word always
·         Use your memory
·         Be willing to change


Pasal 15: Forgiveness

“Since nothing we intend is ever faultless, and nothing we attempt ever without error, and nothing we achieve without some measure of finitude and fallibiality we call humanness, we are saved by forgiveness.”

            Ketika kita berpikir tentang pengampunan, kita membayangkannya sebagai sesuatu yang kita perbuat kepada orang lain—saya mengampunimu. Akan tetapi inti pengampunan adalah tindakan dan proses mengampuni diri kita sendiri.
            Empati mempelebar pandangan kita tentang dunia dan dari perspektif yang diperluas, kita menemukan pengampunan bagi diri kita sendiri dan orang lain. Empati menyingkapkan pengampunan sebagai suatu proses membuka, bukan suatu tindakan yang telah lengkap dan kemudian dikesampingkan. Pengampunan dating perlahan-lahan, sebagaimana kita terus-menerus belajar dari tragedy-tragedi dan trauma-trauma masa lalu dalam usaha yang sedang berlangsung melebihi mereka. Tetapi dengan waktu dan usaha, kita mampu terus maju, membangun di atas masa lalu daripada mengulang-ulanginya tanpa akhir.
            Pengampunan dating bersama dengan pengalaman. Empati membolehkan kita untuk memahami pada suatu tingkat yang lebih dalam dimana kita berada, dan melalui pengertian itu kita menyadari mengapa pengampunan penting. Pengampunan bukanlah sesuatu yang dapat kita perintahkan atau kendalikan, tetapi suatu pengalaman yang muncul melalui kerja keras empati. Berusaha mengerti, membuka hati dan pikiran kita terhadap apa yang telah disembunyikan dari pandangan, kita dapat melihat apa yang tidak dapat kita lihat sebelumnya, dan dalam perspektif yang telah diperluas itu pengampunan datang kepada kita.
            Bagaimanakah empati mengajari kita untuk mengampuni diri kita sendiri? Inilah pertanyaan utama, tentunya—karena andaikan pun kita tahu apa pengampunan itu, apa yang sebenarnya kita ingin mengerti adalah bagaimana melakukannya. Bagaimanakah kita menemukan pengampunan, dan apakah yang kita lakukan terhadapnya ketika kita menemukannya? Bagaimanakah pengampunan menuntun kita dari masa lalu ke masa sekarang, menuntun kita untuk memperluas kesadaran-diri kita dan menguatkan hubungan kita?
            Dalam agama Yahudi pengampunan dipahami sebagai suatu proses empat tahap:
1.      Engkau mengakui bahwa engkau melakukan sesuatu yang salah
2.      Engkau minta maaf kepada siapa engkau berbuat salah
3.      Beri konpensasi kepada orang itu kapan pun engkau bisa.
4.      Berusahalah untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Empati mempersembahkan pendekatan yang sama terhadap pengampunan, tetapi penekanan utama adalah mengembangan hubungan satu dengan yang lain.

Lima tahap empati untuk pengampunan:
Tahap 1: Awareness
Tahap 2: Seeking
Tahap 3: Moving outward
Tahap 4: Change
Tahap 5: Commitment
            Pengampunan adalah tindakan utama untuk keterhubungan (connectedness). Saya mengampunimu karena saya adalah engkau. Dalam mengampunimu, saya mengampuni diriku, saya mengampuni dunia.
            Hal-hal penting yang perlu dilakukan untuk mempraktekkan pengampunan:
·         Wipe the slate clean
·         Write to yourself
·         Burn your bitterness
·         Sit still

           
II.        KESIMPULAN DAN TANGGAPAN
Buku ini menjelaskan bagaimana pemahaman tentang empati dijelaskan dengan luas dan mendalam. Ternyata empati itu tidak hanya masalah memahami perasaan atau keadaan orang lain saja. Lebih jauh lagi empati itu ternyata mempunyai sisi gelap (paradox) yang apabila disalahgunakan oleh orang yang mempunyai kemampuan berempati untuk kepentingan dirinya. Untuk memampunkan kita berempati secara luas dan dalam penulis buku ini menjelaskan tentang hal-hal penting yang harus dipraktekkan, yaitu: kejujuran, kerendah-hatian, penerimaan, toleransi, gratitude, iman, pengharapan, dan pengampunan.