ANGKOLA KONSELING MINISTRY

Minggu, 25 Maret 2012

Berdoa Dalam Pndampingan Pastoral



Berdoa atau di doakan merupakan kebutuhan bagi banyak orang baik itu dalam keadaan sukacita, pergumulan atau krisis. Dan umumnya bagi sebagian orang keinginan untuk berkomunikasi kepada pencipta. Ini diakibatkan oleh karena doa dianggap merupakan sebuah kekuatan dari komunikasi dengan yang adikuardrati. Akn tetapi bagi sebagian orang ada ketakutan untuk berdoa oleh karena mereka tidak tau bagaimana, kapan, dimana dan doa untuk apa.
Kita berdoa karena Tuhan mengajak kita untuk berdoa dihadapannya dan secara khusus Johanes mengajak kita untuk berdoa kepada oranag lain (joh 5:16). Jesus member jaminan pasti bahwa setiap doa yang dipanjatkan didalam namaNya akan di jawab (mat 18:19-20. Dalam berdoa yang terpenting adalah bukan untuk dilihat namunmembawa beban seseorang dan mengundang kehadiran Tuhan dalam proses.
Doa bisa dilakukan kapan saja oleh karea itu seorang pendamping harus menghindari keinginan untuk menyenting  waktu untuk berdoa ketika mendampingi.
Dalam pastoral seorang konselor tidak akan pernah berdoa dari keinginannnya sendiri, doa dan isi doa harus berorientasi pada percakapan dan kebutuhan konseli. 

Dalam berdoa jangan memaksakan kehendak diri sendiri utuk berdoa umpamanya “saya ingin berdoa sekarang”, kalimat ini menyatakan kita yang mendampingi yang ingin berdoa. Bila kita  menginginkan doa itu merupakan keinginan dari yang di damping  kita bisa mengungkapkan ungkapan seperti:
-      …apakah anda ingin kita berdoa bersama sekarang?
-      Kita sudah berbincang bincang banyak hal dengan berbagai perasaan didalamnya, apakah baik bagi anda bila kita ungkapkan ini juga dalam doa kepada Yesus?
-      Boleh kah kita berdoa untuk apa yang anda ungkapkan?
-      Hal-hal apa yangingin kita masukkan dalam doa?
Bila ada sebagaian yang menolak untuk berdoa bersama dengan anda, kuasai diri sehingga tidak merasa ditolak, karena bisa saja ia melampiaskan kemarahannya karena merasa kecewa dengan berbagai hal dan dia tak kuasa menolak namun dia memiliki kesempatan untuk menolak tawaran kita untuk berdoa

Sabtu, 24 Maret 2012

Jangan Meratapi Nasib



Kelinci memang dari dulu terkenal sebagai hewan yang bernyali kecil, sering ketakutan tanpa alasan yang jelas, sesegera mungkin menyingkir bila dia merasa terganggu keamanannya. Suatu hari, terlihat sekelompok kelinci sedang berkumpul di tepi sebuah sungai, mereka sibuk berkeluh kesah meratapi nyalinya yang kecil, mengeluh kehidupan mereka yang senantiasa dibayangi dengan mara bahaya. Semakin mereka ngobrol, semakin sedih dan ketakutan memikirkan nasib mereka. Alangkah malangnya lahir menjadi seekor kelinci. Mau lebih kuat tidak punya tenaga, ingin terbang ke langit biru tidak punya sayap, setiap hari ketakutan melulu. Mau tidur nyenyak pun sulit karena terganggu oleh telinga panjang yang tajam pendengarannya sehingga matanya yang berwarna merah pun semakin lama semakin merah saja. Mereka merasa hidup ini tidak ada artinya. Dari pada hidup menderita ketakutan terus, mereka berpikir lebih baik mati saja. Akhirnya mereka mengambil keputusan beramai-ramai hendak bunuh diri dengan melompat dari tepian tebing yang tinggi dan curam. Maka para kelinci terlihat berbondong-bondong menuju ke arah tebing. Saat mereka melewati pinggir sungai, ada seekor katak yang terkejut melihat kedatangan kelinci yang berjumlah banyak. Tergesa-gesa si katak ketakutan dan segera meloncat ke sungai melarikan diri. Walaupun si kelinci sering menjumpai katak yang melompat ketakutan saat melihat kelinci melintas, tetapi sebelum ini mereka tidak peduli. Berbeda untuk kali ini. Tiba-tiba ada seekor kelinci yang tersadar dari kesedihannya dan langsung berteriak, “Hei, berhenti! Kita tidak usah ketakutan sampai perlu harus bunuh diri”. Karena lihat lah, ternyata ada hewan lain yang lebih tidak bernyali dibandingkan kita yakni si katak yang terbirit-birit saat melihat kita! Mendengar kata-kata itu, kelinci yang lain tiba-tiba pikiran dan hatinya terbuka, seoleh-oleh tumbuh tunas keberanian di hati mereka. Maka dengan riang gembira mereka mulai saling membesarkan diri masing-masing, “iya, kita tidak perlu ketakutan!”. “Tuh kan , ada mahluk lain yang lebih pengecut dari kita”, “Iya, kita harus semakin berani”. Perlahan-lahan mereka berbalik arah kembali kearah pulang dengan riang gembira dan melupakan niatnya untuk bunuh diri. Makna dari cerita di atas: Saat keberuntungan sedang tidak memihak kepada kita, Jangan suka meratapi nasib yang dirundung malang seakan-akan hanya kitalah mahluk paling menderita di muka bumi ini. Lihatlah disekeliling kita. Masih begitu banyak orang yang lebih susah, sengsara dan sial dibandingkan kita. Jika mereka yang hidup dalam kekurangan tetapi mampu menjalaninya dengan tegar dan tetap berjuang, kenapa kita tidak? Apapun keadaan kehidupan kita hari ini, seharusnya kita jalani dengan optimis dan aktif, nasib tidak akan dapat kita robah tanpa kita sendiri yang siap merobahnya. dan tentunya dalam Iman terhadap Yesus Kristus

KITA PASTI BERTUMBUH


KITA PASTI BERTUMBUH

Suatu ketika, ada sebuah pohon yang rindang. Dibawahnya, tampak dua orang yang sedang beristirahat. Rupanya, ada seorang pedagang bersama anaknya yang berteduh disana. Tampaknya mereka kelelahan sehabis berdagang dikota.
Dengan menggelar sehelai tikar, duduklah mereka dibawah pohon yang besar itu. Angin semilir membuat sang pedagang mengantuk. Namun, tidak demikian dengan anaknya yang masih belia. "Ayah, aku ingin bertanya..."terdengar suara yang mengusik ambang sadar si pedagang
Sang Ayah yang awalnya mengantuk, kini tampak siaga. Diambilnya sebuah benih, di atas tanah yang sebelumnya di kais-kais oleh anaknya. Diangkatnya benih itu dengan ujung jari telunjuk. Benda itu terlihat seperti kacang yang kecil, dengan ukuran yang tak sebanding dengan tangan pedagang yang besar-besar.  kemudian, ia pun mulai berbicara
Sang Ayah yang awalnya mengantuk, kini tampak siaga. Diambilnya sebuah benih, di atas tanah yang sebelumnya di kais-kais oleh anaknya. Diangkatnya benih itu dengan ujung jari telunjuk. Benda itu terlihat seperti kacang yang kecil, dengan ukuran yang tak sebanding dengan tangan pedagang yang besar-besar.  kemudian, ia pun mulai berbicara

"Kapan aku besar, Ayah? Kapan aku bisa kuat seperti Ayah, dan bisa membawa dagangan kita ke kota?"
"Sepertinya", lanjut sang bocah, "Aku tak akan bisa besar. Tubuhku ramping seperti Ibu, berbeda dengan Ayah yang tegap dan berbadan besar. Kupikir, aku tak akan sanggup memikul dagangan kita jika aku tetap seperti ini."
Jari tangannya tampak mengores-gores sesuatu di atas tanah.
Lalu, ia kembali melanjutkan, "Bilakah aku bisa punya tubuh besar sepertimu, Ayah?"
"Nak, jangan pernah malu dengan tubuhmu yang kecil. Pandanglah pohon besar tempat kita berteduh ini. Tahukah kamu, batangnya yang kokoh ini, dulu berasal dari benih yang sekecil ini. Dahan, ranting dan daunnya, juga berasal dari benih yang Ayah pegang ini. Akar-akarnya yang tampak menonjol, juga dari benih ini. Dan kalau kamu menggali tanah ini, ketahuilah, sulur-sulur akarnya yang menerobos tanah, juga berasal dari tempat yangsama."
Diperhatikannya wajah sang anak yang tampak tertegun. "Ketahuilah Nak, benih ini menyimpan segalanya. Benih ini menyimpan batang yang kokoh, dahan yang rindang, daun yang lebar, juga akar-akar yang kuat. Dan untuk menjadi sebesar pohon ini, ia hanya membutuhkan angin, air, dan cahaya matahari yang cukup. Namun jangan lupakan waktu yang membuatnya terus bertumbuh. Pada mereka semualah benih ini berterima kasih, karena telah melatihnya menjadimahlukyangsabar."
"Suatu saat nanti, kamu akan besar Nak. Jangan pernah takut untuk berharap menjadi  besar, karena bisa jadi, itu hanya butuh ketekunan dan kesabaran."
Terlihat senyuman di wajah mereka. Lalu keduanya merebahkan diri, meluruskan pandangan ke langit lepas, membayangkan berjuta harapan dan impian dalam benak. Tak lama berselang, keduanyapun terlelap dalam tidur, melepaskan lelah mereka setelah seharian bekerja.
Jangan pernah merasa malu dengan segala keterbatasan. Jangan merasa sedih dengan ketidaksempurnaan. Karena Allah, menciptakan kita penuh dengan keistimewaan. Dan karena Allah, memang menyiapkan kita menjadi mahluk dengan berbagai kelebihan.
Mungkin suatu ketika, kita pernah merasa kecil, tak mampu,tak berdaya dengan segala persoalan hidup. Kita mungkin sering bertanya-tanya, kapan kita menjadi besar, dan mampu menggapai semua impian, harapan dan keinginan yang ada dalam dada. Kita juga bisa jadi sering membayangkan, bilakah saatnya berhasil?
Kapankah saat itu akan datang? Teman, kita adalah layaknya benih kecil itu. Benih yang menyimpan semua kekuatan dari batang yang kokoh, dahan yang kuat, serta daun-daun yang lebar. Dalam benih itu pula akar-akar yang keras dan menghujam itu berasal.  Namun, akankah Allah membiarkan benih itu tumbuh besar, tanpa alpa dengan bantuan tiupan angin, derasnya air hujan, dan teriknya sinar matahari?
Begitupun kita, akankah Allah membiarkan kita besar, berhasil, dan sukses, tanpa pernah merasakan  ujian dan cobaan?
Akankah Allah lupa mengingatkan kita dengan hembusan angin "masalah", derasnya air "ujian" serta teriknya matahari "persoalan"?
Tidak Teman. Karena Allah Maha Tahu, bahwa setiap hambaNya akan menemukan jalan keberhasilan, maka Allah akan tak pernah lupa dengan itu semua.
Jangan pernah berkecil hati. Semua keberhasilan dan kesuksesan itu telah ada dalam dirimu.

Musik sebagai Alat Konseling


Musik sebagai Alat Konseling

images2.jpg Musik dapat berfungsi sebagai ungkapan perhatian, baik bagi para pendengar yang mendengarkan maupun bagi pemusik yang menggubahnya, Daud mengambil kecapi dan memainkannya; Saul meresa lega dan nyaman, dan roh yang jahat itu undur daripadanya” (I Samuel 16:23b). Kualitas musik yang ikut ambil andil terhadap fungsi-fungsi ungkapan perhatian adalah strukturnya dan urutan matematis yang ditujukan kepada ketidakberesan dalam kehidupan seseorang. Berperan serta dalam suatu pengalaman musikal, seperti menyanyi, dapat menghasilkan integrasi pribadi — mempersatukan tubuh, pikiran, dan roh.
Bagi penyanyi dalam sebuah kelompok, musik memberikan suatu komunikasi yang intim dan emosional antara pemimpin dan anggota kelompok secara individu dan antara anggota itu sendiri yang terjadi bahkan ketika hubungan antarpribadi terbatas atau/dan pecah. Musik dapat mempersatukan suatu kelompok yang beraneka ragam menjadi suatu unit yang fungsional. Fungsi musik sebagai ungkapan perhatian dapat dilihat dalam hal musik dialami sebagai suatu pemberian dari orang-orang yang kelihatannya tidak memilki apa-apa.
1. Musik sebagai Terapi dan Ungkapan Perhatian
Penggunaan musik sebagai ungkapan perhatian dan suatu terapi tambahan bagi konseling pastoral melibatkan integrasi dari beberapa disiplin sejarah: pendidikan musik, pelayanan musik, dan terapi musik. Terapi musik merupakan yang paling muda dari ketiga bidang ini dan yang langsung berhubungan dengan aplikasi klinis musik.
Kata terapi dalam konteks ini berarti lebih daripada sekadar ‘penyembuhan suatu penyakit’. Tetapi, dalam zaman stres, penuh keraguan, penuh perpecahan, putus asa, dan kekalahan ini, musik dapat disebut sebagai terapi yang menstimulasi, memulihkan, menghidupkan, mempersatukan, membuat seseorang peka, menjadi saluran dan memerdekakan. Terapi musik memiliki suatu kapasitas yang unik dan mapan sehingga memungkinkan terjadinya perubahan hidup.
Musik merupakan bagian dari musik temporal, yaitu bahwa musik hadir dalam tari dan drama. Musik mengandung kumpulan yang sistematis dan teratur dari berbagai komponen suara — irama, melodi, dan keselarasan — untuk dapat dilihat den dinikmati. Musik, seperti bentuk seni lainnya, merupakan ekspresi yang penuh gaya. Musik melibatkan pengelolaan serta keterampilan dari materi artistik sehingga dapat menyajikan atau mengkomunikasikan suatu hal tertentu, gagasan, atau keadaan perasaan.
Musik dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang: sejarah, teori, filsafat, estetika, atau fungsional. Musik, yang fungsi utamanya lebih bersifat sociologi atau psikologis daripada estetika murni, adalah musik fungsional. Dengan perkataan lain, kapan pun musik digunakan dengan tujuan utama lebih menitikberatkan pada musik nya, maka musik telah digunakan secara fungsional. Penggunaan musik secara estetika, di pihak lain, merupakan “musik demi musik belaka” atau “musik demi kepuasan artistik”. Sebenarnya kebanyakan musik berfungsi sebagai kedua hal tersebut pada batas tertentu sehingga suatu klasifikasi yang eksak kadang-kadang sulit diperoleh.
Suatu pembedaan seharusnya dibuat antara penggunaan musik secara terapis dalam suatu cara yang informal dan tanpa bentuk dan penggunaan terapi musik sebagai suatu dimensi khusus dari suatu cara terapi yang terintegrasi. Mula-mula pengalaman musikal dapat dipilih sendiri oleh pasien atau diusuikan oleh terapis, dan mungkin dapat memasukkan aktivitas-aktivitas seperti peran serta dalam paduan suara gereja atau koor umum, menghadiri pagelaran konser, ikut pelajaran musik, dan lain-lain, mengingat terapi musik formal sering menggunakan irama sederhana den instrumen perkusi yang dapat dimainkan oleh hampir setiap orang.
Dalam sebuah klinik, seseorang dapat juga memperoleh pengalaman musikal dengan “nilai terapetis” yang tidak akan merupakan terapi musik formal. Misalnya, mereka dapat berpartisipasi dalam nyanyi bersama dalam acara rekreasi, mendengarkan rekaman musik yang inspirational, atau menyanyikan lagu pujian di sisi tempat tidur pasien.
Di pihak lain, terapi musik, sebagai disiplin saintifik, menyangkut pemanfaatan secara hati-hati dan intensional dari semua dinamika yang dalam dan potensial yang berhubungan dengan pengalaman musikal, termasuk memilih, memasang, dan memainkan musik itu sendiri, selain hubungan dengan interaksi antara terapis dan pasien.
Dalam arti yang lebih formal, terapi musik dapat dijabarkan sebagai suatu aktivitas kelompok secara umum dari lingkungan pergaulan terapetik dalam bentuk kelompok nyanyi, koor atau ensambel musik, dan kelas apresiasi musik atau secara perorangan dapat ditujukan kepada pasien tertentu berdasarkan kebutuhan terapi mereka yang unik dan kecakapan dalam bentuk vokal atau latihan instrumen dan teori musik dan pelajaran komposisi.
Pilihan materi musik, medium musik, tingkat kompeksitas, dan sasaran terapetik merupakan suatu keputusan dan kerja sama terapis, terapis musik, dan pasien. Seperti dalam semua cara terapi, terapi musik menyangkut penilaian terhadap pasien, aktivitas yang akan dilakukan (termasuk sasaran), pengalaman terapetik, dan evaluasi.
Kadang-kadang terapi musik dapat digabungkan secara efektif dengan aktivitas seni lain yang kreatif, misalnya, menari, psikodrama, puisi dan tulisan kreatif, melukis dan membuat patung dan bermacam bentuk terapi pertukangan (kerajinan tangan, perkayuan, dan hortikultura). Selanjutnya, setiap terapi tambahan dapat menjadi kapasitas yang unik untuk menstimulasi. dan mengaktualisasikan potensi kreatif yang dimiliki individu. Secara psikologis, semua bentuk eskpresi artistik memiliki kapasitas untuk memberi kepuasan kebutuhan akan ego dasar dari individu terutama, untuk merasa memiliki, mencapai, mengungguli, memuja, memimpikan, mengasihi dan dikasihi, dan mengembangkan suatu citra diri yang positif.
Tetapi musik menempati posisinya yang kuat di antara terapi-terapi seni kreatif karena beberapa alasan. Pertama, musik secara tradisional dan secara benar disebut sebagai “bahasa universal”. Setiap kultur memiliki tradisi musikal yang mencakup seluruh bidang kehidupan agama, sosial, estetika, dan komersial. Kedua, musik merupakan seni yang serba guna dan dapat diperoleh. Hampir setiap orang dapat terlibat dalam aktivitas musik dengan kadar kemampuan yang sama. Akhirnya yang ketiga, musik terutama musik vokal dengan gabungan musik dan puisi, mampu mengekspresikan dan membangkitkan seluruh tangga nada emosi, nilai-nilai, aspirasi, serta pengalaman manusia.

2. Musik sebagai Terapi Tingkah Laku

Terapi musik lebih daripada sekadar penghiburan, lebih daripada sekadar pengalaman yang mendidik atau suatu aktivitas sosial, walaupun pada batas tertentu, berfungsi sebagai penghiburan, bersifat mendidik, dan maksud-maksud sosial. Secara tehnis, terapi musik telah didefinisikan sebagai “suatu sistem yang telah dikembangkan secara maksimal untuk menstimulasi dan mengarahkan tingkah laku untuk mencapai sasaran terapi yang benar-benar jelas. Salah satu penyajian yang terbaik dan paling singkat dari kerangka konseptual ini adalah yang diberikan oleh William Sears dalam makalahnya yang berjudul Proces in Music Therapy:
a. Musik memberikan pengalaman di dalam struktur.
Sasarannya ialah untuk memperpanjang komitmen kepada aktivitas, untuk membuat aneka ragam komitmen, dan mestimulasi kesadaran akan manfaat yang diperoleh. Dengan cara yang tidak memaksa, musik menuntut tingkah laku yang sesuai dengan urutan waktu, realitas yang teratur, kecakapan yang teratur, dan pengaruh yang teratur. Musik menimbulkan gagasan dan asosiasi ekstra musikal.
b. Musik memberikan pengalaman dalam mengorganisasi diri.
Pengalaman mempengaruhi sikap, perhatian, nilai-nilai, dan pengertian seseorang. Sasaran harus memberikan kepuasan sehingga seseorang akan berusaha untuk memperoleh lebih banyak pengalaman serupa yang aman, baik, dan nikmat. Musik menyediakan kesempatan untuk ekspresi diri dan untuk memperoleh kecakapan baru yang memperkaya citra diri (terutama bagi yang memiliki handikap).
c. Musik memberikan pengalaman dalam, hubungan antarpribadi.
Musik merupakan kesempatan untuk pertemuan kelompok di mana individu telah mengesampingkan kepentingannya demi kepentingan kelompok. Sasarannya ialah untuk memperbanyak jumlah anggota dalam kelompok, menambah jangkauan, dan variasi interaksi, dan menyediakan pengalaman yang akan memudahkan melakukan adaptasi terhadap kehidupan di luar lembaga. Pengalaman kelompok memungkinkan seseorang berbagi rasa secara intens dalam cara-cara yang secara sosial dapat diterima, musik memberkan penghiburan dan rekreasi, yang diperlukan bagi lingkungan terapi secara umum. Bantuan pengalaman. dalam pengembangan kecakapan sosial secara realitisk dan pola tingkah laku pribadi yang dapat diterima secara lembaga dan kelompok sebaya dalam masyarakat.
Yang jelas, terapi musik profesional kebanyakan dipraktekkan secara efektif oleh seseorang yang telah dilatih secara khusus dalam disiplin ini. Seorang terapis musik yang sudah memiliki izin praktek, memiliki orientasi yang, seimbang dalam berbagai bidang dan pendidikan musik, kemanusiaan, dan ilmu yang berkaitan dengan tingkah laku manusia, selain keahlian terapi musik secara kedokteran dalam sebuah pusat,latihan klinis yang baik. Pemanfaatan seni kreatif dalam. cara yang inovatif memberikan suatu tantangan baru dan iringan kepada para pendeta, pemusik, dan bermacam-macam terapis kepada tiga kelompok di atas tantangannya sama, yaitu untuk lebih memperhatikan kehidupan pribadi seorang pasien dan secara psikologis lebih menyadari akan peran profesional yang lebih kaya, kebutuhan kompleks dari orang-orang yang dilayani mereka, dan kedalaman dimensi dari semua media artistik (terutama musik, tari dan drama).
Perkembangan-perkembangan mutakhir ini juga menyiratkan bahwa struktur dari pelayanan melalui lembaga perlu diperluas dan diperkaya. Ada suatu kebutuhan untuk melaksanakannya dalam suatu lembaga serupa dengan “konsep pelayanan berganda” yang ada dalam gereja setempat. Observasi religius dan proses penciptaan musik selalu berhubungan erat. Kualitas dari karya yang objektif, rasional, dan konseptual selalu dipersulit dan diintensifkan oleh kualitas musik dan tari yang subjektif, yang secara relatif tidak rasional, dan emosional.
Dalam latar belakang lembaga, baik kaum profesional religius (pendeta, konselor) dan kaum profesional musik (pelayanan musik, terapis musik) belajar untuk memandang dan melakukan tugas terhormat. mereka sebagai bagian yang unik tetapi pokok dari suatu perawatan seutuhnya. Pendekatan multi disiplin dan seutuhnya akan menjadi tanda dari perawatan institusional yang terbaik. Terlebih dari itu, konsep-konsep inovatif ini sudah diterapkan dalam rrang lingkup jemaat setempat dengan basil yang positif.

Selasa, 09 Agustus 2011

TEORY ADLER


TEORI ADLER
PSIKOLOGI INDIVIDUAL DAN SOSIAL

A.    SIAPAKAH ALFRED ADLER?
Alfred Adler (1879-1937) menjadi bagian dari psikoanalistis Freud, setelah lulus dari sekolah medis di Vienna pada tahun 1895. Karena adanya konflik dengan Freud, maka beliau meninggalkan masyarakat psikoanalis pada tahun 1911 dan mendirikan masyarakat psikologi individu. Setelah perang dunia 1, Adler menjadi salah satu dari psikoanalisa pertama yang menerapkan teknik-tekniknya, guna mengobati anak dan problemnya di rumah dan di sekolah. Pada tahun 1935, Adler pindah ke New York, disana beliau mendirikan klinik dan cabang masyarakat Amerika. Adler mengusulkan bahwa setiap orang memiliki “style kehidupan” yang berasal dari pola hubungan keluarga, diluar mana gangguan sifat (karakteristik berkembang). Style kehidupan yang diadaptasi pada masa kanak-kanak hingga kepada masa dewasa. Adler melihat terapi sebagai spekulasi kerjasama antara pasien dan terapis, yang keduanya bekerja di dalam hubungan yang baik untuk membantu pasien agar memahami dirinya lebih baik[1].
Adler, murid Freud adalah seorang mediskus dan psikiater di Wina. Pada tahun 1910 ia memisahkan diri dari Freud dan mendirikan sekolah baru, yaitu: psikologi individual. Aliran psikologi baru ini juga cepat berkembang dan memiliki majalah sendiri. Banyak teori-teori Adler diterapkan di bidang pendidikan. Pengertian dasar dari psikologi Adler adalah, individualistis, yaitu merupakan kesatuan dan ciri-ciri pribadi manusia. Kepribadian itu adalah totalitas atau kesatuan tunggal yang tidak bisa dibagi-bagi. Prinsip terpenting dari psikologi ini adalah finalitas dan teleology (teleos=tujuan)[2].
Gaya hidup merupakan slogan dari teori kepribadian Adler yang merupakan tema yang selalu diulang-ulang dalam semua tulisan Adler dan merupakan ciri sangat khas dari psikologinya. Gaya hidup adalah prinsip sistem dengan mana kepribadian individual berfungsi, keseluruhanlah yang memerintah bagian-bagiannya. Setiap orang mempunyai gaya hidup tetapi tidak mungkin ada dua orang menggembangkan gaya hidup yang sama. Gaya hidup terbentuk sangat dini pada usia 4 atau 5 tahun. sikap, perasaan, apersepsi terbentuk dan menjadi mekanik pada usia dini dan sejak itu praktis gaya hidup tidak bisa berubah. Adler mengemukakan faktor yang memperngaruhi terbentunya sikap atau gaya hidup seseorang, yakni:
          i.            Urutan kelahiran dan kepribadian. Adler mengamati kepribadian anak sulung berbeda dengan anak tengah dan anak bungsu di dalam suatu keluarga.
        ii.            Adler berpendapat bahwa ingatan paling awal yang dapat dilaporkan seseorang merupakan kunci penting untuk memahami gaya hidup dasarnya. Adler menggunakan metode ini terhadap kelompok-kelompok maupun perorangan dan menemukan ternyata metode ini cukup mudah dan ekonomis untuk meneliti kepribadian. Ingatan-ingatan awal kini digunakan sebagai suatu tehnik projektif.
      iii.            Pengalaman masa kanak-kanak yang menurut Adler terbagi menjadi tiga faktor yaitu, anak-anak yang memiliki inferioritas-inferioritas, anak-anak yang dimanjakan dan anak-anak yang terlantar. Pengalaman masa kanak-kanak ini akan menimbulkan konsepsi-konsepsi yang salah tentang dunia dan mengakibatkan suatu gaya hidup yang patologis[3].

B.     PEMAHAMAN AKAN PSIKOLOGI INDIVIDUAL DAN SOSIAL
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang gejala dan kegiatan-kegiatan jiwa[4]. Individual adalah mengenai atau berhubungan dengan manusia secara pribadi, bersifat perseorangan[5]. Sosial adalah berkenan dengan masyarakat yang didalamnya perlua adanya suatu komunikasi dan yang suka memperhatikan kepentingan umum[6]. Berbicara akan psikologi seperti yang dikatakan sebagai ilmu pengetahuan tentang gejala dan kegiatan-kegiatan jiwa maka berkaitan erat dengan adanya kegiatan pastoral didalamnya. Memahami psikologi seseorang bukanlah suatu pekerjaan yang mudah untuk dilakukan karena memerlukan adanya penelitian akan kejiwaan seseorang, di dalam hal inilah pastoral konseling mengambil perannya.
Psikologi merupakan kegiatan untuk memahami dan mengobati pasien (klien) yang sedang berhadapan dengan kita dalam kegiatan konseling. Psikologi Individual mempunyai arti yang penting sebagai cara untuk memahami tingkah laku manusia. Penngertian se[erti gambaran semu, rasa rendah diri, kompensasi, gaya hidup, diri yang kreatif, memberi pedoman yang penting untuk memahami sesama manusia. Aliran ini tidak memnberikan struktur, dinamika, serta perkembangan kepribadian, tetapi mementingkan perumusan petunjuk-petunjuk praktis untuk memahami sesama manusia[7]. Dalam memahami pasien dan mengobati pasien diperlukan beberapa metode sehingga dapat mencapai goal/tujuan. Khususnya dalam memahami pasien hal-hal yang dilakukan adalah:
1.      Metode pemahaman
Semua metode Psikologi Individu dalam memahami kepribadian, memperhatikan pendapat individu dari tujuan superior, kekuatan perasaan rendah, tingkat minat sosial dan fakta, bahwa keseluruhan individu tidak dapat dirusak dari konteksnya dengan kehidupan atau dengan kata lain dari konteksnya dengan masyarakat. Menurut Adler perkembangan kepribadian diberikan dalam pengertian luas dari, ingatan masa kanak-kanak dini, posisi anak dalan urutan kelahiran, gangguan masa kanak-kanak, mimpi siang dan malam dan sifat faktor exogenous yang menyebabkan penyakit.
2.      Empati, Intuisi dan Tebakan
Pandangan kedalam makna dari rencana ini, paling baik didapat lewat empati artistic dan empati intuitif dengan sifat pasien yang penting. Dalam realita, bakat ini paling manusiawi. Setiap orang memanfaatkannya secara konstan dalam kekacauan hidup, sebelum kepastian masa depan yang bukan kepalang. Penebakan yang benar, merupakan langkah pertama terhadap penguasaan problema kita namun penebakan yang benar ini khususnya membedakan manusia yang sebagai patner, sesama manusia dan yang berminat dalam penyelesaian problema manusia dengan sukses.
3.      Tabiat Ekspresif dan Gejala-gejala
Pandangan sekilas, gaya berjalan, kekuatan atau kelemahan dari pendekatan pasien, dapat membukakan jalan yang banyak sekali. Akan banyak waktu yang terlewatkan jika seseorang menjadi terbiasa pada aturan atau memberi jangka waktu tertentu. Kita harus ingat bahwa pasien tidak mempunyai pemahaman diri dalam bentuk ekspresif, sehingga tidak mampu menyembunnyikan dirinya yang sejati. Kita tidak melihat kepribadiannya dalam tindakan dan tampak, tidak dari apa yang diucapkan pasien atau pikiran tentang dirinya, melainkan lewat tindakannya yang diinterpretasikan dalam konteks. Dibalik sesuatu masalah lebih banyak sesuatu pribadi dan seluruhnya individual.
4.      Komponen Organik
Pada interview pertama dengan pasien, kita harus yakin apakah benar-benar merupakan masalah penyakit syaraf atau salah satu gangguan organik. Dalam penyakit organic, nafsu makan bervariasii menurut pandangan umum dan penyakit yang serius bisa diperpanjang atau malahan dengan fatal dipengaruhi, jika pasien berubah pesimis atau secara psikologis menjadi lesu.
5.      Membuktikan Pemahaman
Ada sejumlah tes bagi kebenaran pendapat neuropsychiatric, yaitu:
·         Psikiater memeriksa pasien atau keberadaan dokter keluarga untuk menyoroti keseluruhan kepribadian.
·         Mencoba untuk memperoleh informasi tentang pasien menjelajahi sifatnya, keinginan dalam hidupnya dan sikapnya terhadap tuntutan keluarga serta masyarakatnya dan akhirnya akan mendapatkan gambaran karakter yang tajam dan jelas.
·         Mencari asumsi terhadap mana tabiat pasien dapat dimengerti.
·         Tanyakan kepada pasien apa yang menjadi tujuan dan yang akan dilakukan jika ia telah sehat dan normal dengan mengadakan diskusi kepada pasien.
·         Karena perjuangan mencapai posisi yang menguntungkan merupakan kunci kepribadian, kita akan memenuhi setiap titik kehidupan psikologis individu.
·         Kita bisa memulai dimana saja kita pilih, setiap ekspresi akan mengarahkan kita pada arah yang sama, terhadap satu motif, satu melodi disekitar mana kepribadian dibentuk.
·         Kita dilengkapi dengan simpanan materi yang banyak. Setiap kata, pikiran, perasaan atau gerak isyarat, mengembangkan kepada pengertian kita. setiap ekspresi mengatakan hal yang sama, setiap ekspresi mendesakkan kita kepada penyelesaian[8].
Adler berpendapat bahwa manusia pertama-tama dimotivasikan oleh dorongan-dorongan sosial. Menurut Adler, manusia pada dasarnya adalah mahluk sosial. Mereka menghubungkan dirinya dengan orang-orang lain, ikut dalam kegiatan-kegiatan kerjasama sosial, menempatkan kesejahteraan sosial diatas kepentingan diri sendiri dan mengembangkan gaya hidup yang mengutamakan orientasi sosial. Menurut Adler, dorongan-dorongan sosial adalah sesuatu yang dibawa sejak lahir. Sumbangan yang penting kedua yang diberikan Adler bagi teori kepribadian adalah konsepnya mengenai diri yang kreatif. Tidak seperti ego Freud, yang terdiri dari kumpulan proses psikologi yang melayani tujuan insting-insting diri dari Adler merupakan sistem subjektif yang sangat dipersonalisasikan, yang menginterpretasikan dan membuat pengalaman-pengalaman organisme penuh arti. Konsepsi tentang diri yang kreatif ini adalah baru bagi teori psikoanalitik dan ia membantu mengimbangi “objektivitisme” ekstrem psikoanalisis klasik yang bersandar sepenuhnya pada  kebutuhan biologis dan stimulus-stimulus dari luar untuk menjelaskan dinamika kepribadian[9].
            Individu yang merasa rendah diri akan masuk kedalam tahap inferioritas yang tinggi yang membawa individuu tersebut kedalam masa kompensasi. Jika kompensasi berhasil maka dia akan merasakan harga diri lebih riil dan tidak jarang usaha kompensasi menjadi kompensasi lebih atau overkkompensasi. Sebaliknya jika usaha kompensasi tidak berhasil maka individu tersebut akan merasakan kepuasan atau “kesempurnaan” yang iriil/semu yang akhirnya lari kedalam dunia yang iriil atau dunia fantasi. Pada perasaan rendah diri yang kronis dan sangat mendalam, orang mencari kompensasi dalam realitas fiktif, yaitu pada Neurosa. Neurosa ialah pelarian diri ke dalam penyakit, untuk menghindari  kesulitan hidup sehari-hari, juga untuk menghindari kegagalan-kegagalan, memuskan dan menaikkan harga diri. Menurut Adler, rencana hidup itu sudah terbentuk pada usia yang sangat muda, yaitu kurang lebih pada umur 3-4 tahun dan tanpa pengaruh pedagogis tertentu rencana hidup ini tidak akan berubah sama sekali. Kesadaran akan dapat tidaknya mencapai rencana hidup itu mengakibatkan pengenalan anak pada rasa rendah diri, bahkan pada anak-anak yang cacat atau yang mengalami didikan secara manja atau yang terlalu kejam dapat mengembangkan perasaan rendah diri yang sangat kuat sekali. Anak-anak itu akan tumbuh dengan reaksi yang menampilkan tiingkah laku yang pasif yang memunculkan ciri-ciri atau garis kewanitaan yang nampak dalam menjadi penakut, pengecut, tidak mampu berdiri sendiri, tidak berani memikul tanggungjawab, jadi penurut dan selalu bergantung pada orang lain. Kejadian ini tidak berselang lama karena akan muncul reaksi selanjutnya yaitu “protes kelaki-lakian atau garis kelaki-lakian” yang nampak dalam sikap memberontak, rebeli, keras kepala, bermulut besar dan lain-lain. Anak-anak sedemikian akan mengalami konflik batin dan mengalami kehidupan majemuk, yaitu sekarang menunjukkan sikap yang aktif (maskulin) dan kemudian disusul dengan sikap yang pasif (kewanitaan) yang selalu menyerah. Adler menamakan peristiwa ini sebagai “Hermafrodiitisme psikis atau kelamin psikis ganda” (hermafrodit=banci, memiliki sifat-sifat pria dan sifat-sifat wanita). Si pasien tidak menyadari rencana hidupnya yang paling rahasia dan tersembunyi serta tidak disadari itu. Dia baru bisa sembuh apabila dia mampu menggali dan menampilkan rencana hidupnya yang neurotis. Adler tidak mau memberantas symptom sakitnya, akan tetapi mencari dan mengeluarkan sebab-sebabnya yang  paling dalam melalui dialog-dialog, wawancara dan wawasan intuitif[10].
           
C.    PERAN TEORI ADLER BAGI PERKEMBANGAN DIRI INDIVIDUAL
Ciri psikologi Adler adalah yang membedakannya dari psikoanalisis klasik adalah tekanannya pada keunikan kepribadian. Adler berpendapat bahwa setiap orang merupakan konfigurasi unik dari motif-motif, sifat-sifat, minat-minat dan nilai-nilai, setiap perbuatan yang dilakukan orang membawa corak khas gaya hidupnya sendiri. Adler termasuk dalam tradisi William James dan William Stern yang disebut sebagai tokoh-tokoh yang meletakkan dasar psikologi personalistik. Teori Adler tentang sang pribadi meminismakn peran insting seksual yang dalam teori awal Freud memainkan peranan yang hampir eksklusif dalam dinamika tingkah laku. Bagi Adler, manusia pertama-tama adalah mahluk sosial bukan mahluk seksual yang dimotivasikan oleh minat sosial bukan oleh dorongan seksual, inferioritas juga tidak hanya bergantung pada seksualitas melainkan bisa meluas pada segala segi, baik fisik maupun psikologis. Manusia berusaha berjuang mengembangkan gaya hidup unik dimana dorongan seksual memainkan peranan kecil. Sebenarnya, cara orang memuaskan kebutuhan-kebutuhan seksualnya ditentukan oleh gaya hidupnya bukan sebaliknya. Penurunan perasana sekks yang dilakukan Adleer bagi banyak orrang membuat lega dari panseksualisme Freud yang monoton[11].
Adler, menyebutkan dua usaha yang paling fundamental dalam diri manusia, yaitu:
1.      Gemeinschaftsgehful (perasaan bermasyarakat), rasa mengabdi pada masyarakat, menyesuaikan diri terhadap tuntutan masyarakat dan mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan sendiri.
2.      Geltungstrieb, Machtstrieb (dorongan penonjolan diri dan dorongan berkuasa); pengabdian pada diri sendiri, dorongan mementingkan diri sendiri. Yaitu menunjukkan perasaan-perasaan superior kepada oranglain.
Setiap manusia mempunyai ide tersendiri. Perbandingan atau keseimbangan antara ide yang ingin dicapai dengan kemampuan sendiri itu memastikan berlangsungnya perasaan-perasaan inferior (kurang rendah diri, minder). Perasaan rendah diri itu membawa individu merasa malu, lemah, kecil, tersudut, kecewa dan lain-lain. Namun, individu tidak mau menerima perasaan inferior ini dan terus-menerus berusaha mengadakan kompensasi. Jelasnya, perasaan rendah-diri atau inferior itu membangungkan usaha untuk menyelesaikannya melalui bentuk kompensasi. Semakin kuat perasaan rendah-diri semakin  kuat pula perasaan harga diri lebih dan inilah salah satu bentuk Gelungstrieb[12].
Adler memandang kesadaran sebagai pusat kepribadiann, yang menyebabkan ia menjadi perintis perkembangan psikologi yang berorientasi kepada ego. Manusia adalah mahluk sadar, mereka biasanya sadar akan alasan-alasan tingkah laku mereka, sadar akan inferioritas-inferioritas mereka dan sadar akan tujuan-tujuan yang mereka perjuangkan. Lebih dari itu, manusia adalah individu yang sadar akan dirinya sendiri dan mampu merencanakan serta membimbing perbuatan-perbuatan dan menyadari sepenuhnya arti dari perbuatan-perbuatan itu bagi aktualisasi dirinya sendiri. Inilah yang merupakan antithesis teori Freud, yang benar-benar mereduksikan kesadaran ke status nonentitas-sekedar buih di tengah samudera ketidaksadaran. Teori kepribadian Adler sangat ekonomis dalam arti bahwa sedikit konsep dasar menopang seluruh struktur teoretisnya, karena itu segi pandangan Adler dapat dengan cepat disajikan secara ringkas dalam sejumlah kecil rubrik, yakni:
a)      Finalisme fiktif
b)      Perjuangan kearah superioritas
c)      Perasaan inferioritas dan kompensasi
d)     Minat sosial
e)      Gaya hidup
f)       Diri kreatif[13].
Menurut Adler pasien yang mengalami hermafrodit setelah mengeluarkan sebab-sebabnya yang paling dalam maka selanjutnya akan diberikan bimbingan kepada pasien, sebagai berikut:
a)      Dengan tegas menjelaskan, bahwa segenap tingkah laku pasien pada hakikatnya diarahkan pada pelaksanaan rencana hidup yang paling rahasia dan bahwa dia selalu berusaha menghindari kesulitan hidupnya.
b)      Pasien selalu menggunakan jalan melingkar, mencari cara penyelesaian yang murah dan selalu merasa puas dengan hasil-hasil semu.
c)      Bahwa segenap ketakutan yang berlebih-lebihan, semua harapan yang terlalu besar dan semua symptom neurotis itu adalah usaha untuk mengabdi pada Geltungstriebnya.
d)     Bahwa dorongan kemegahan diri yang ekstrim dan kesombongannya justru menghambat peranan sosialnya, dan menggagalkan hidupnya. Juga  menyulitkan usaha intropeksi dan perbaikan diri.
Proses memberikan nasihat ini berlangsung melalui banyak kesulitan. Pasien menolak hebat sebab dia ingin mempertahankan rencana hidupnya secara mati-matian dan keadaan ini akan berlangsung lama dan selalu saja berkeinginan untuk mencari jalan-jalan selinap untuk mendapatkan kepuasan semu. Jika pasien mau menyadari bahwa cara hidup dan sikapnya serba “semu” itu keliru, barulah konsultan memberikan dorongan kepadanya agar dia bersikap lebih berani, berani hidup dengan cara baru, berani memperebutkan tempat dalam masyarakat. Ringkasnya, berani mengahadapi segenap tantangan hidup dan realitas nyata[14]. Perubahan nyata pada sifat pasien hanya dapat dilakukan sendiri. Sejak dari permulaan, konsultasi harus mencoba menjelaskan bahwa tanggungjawab atas penyembuhan adalah urusan pasien. Kita harus selalu melihat pada pengobatan dan penyembuhan bukan sebagai keberhasilan konsultan, melainkan sebagai sukses pasien. Penasehat atau konsultan hanya menunjuk kesalahan. Pasienlah yang harus membuat kehidupan yang benar[15].
Disinilah yang dapat dilihat sebagai peranan Teori Adler bagi perkembangan individual dalam bidang psikologi, dimana setiap orang harus mengetahui apa yang terjadi dengan dirinya dan mau untuk menjalani hidup dalam keterbukaan sehingga tidak akan menjadi penyakit kejiwaan. Manusia sebagai mahluk sosial haruslah mampu terlebih dahulu bersosial terhadap diri sendiri sehingga akan mampu untuk masuk kedalam sosial masyarakat karena adanya kesadaran akan diri sendiri sebagai pusat kepribadiannya.

D.    KESIMPULAN
Alfred Adler lahir di Wina pada tahun 1870 dari keluarga kelas menengah dan meninggal di Aberdeen, Skotlandia  pada tahun 1937 ketika mengadakan perjalanan keliling untuk memberikan ceramah. Ia membentuk kelompoknya sendiri yang kemudian dikenal sebagai Psikologi Individual dan yang menarik pengikut dari seluruh dunia. Adler bependapat bahwa manusia pertama-tama dimotivasikan oleh dorongan-dorongan sosial dan manusia pada dasarnya adalah mahluk sosial.  Teori Adler meminimaliskan teori Freud yang berorientasi kepada panseksualisme yang monoton. Manusia adalah mahluk sadar, mereka biasanya sadar akan alasan-alasan tingkah laku mereka. Pengertian dasar dari psikologi Adler adalah individualistis yaitu merupakan kesatuan dan ciri-ciri pribadi manusia. Kepribadian itu adalah totalitas atau kesatuan tunggal yang tidak bisa dibagi-bagi. Kehidupan psikis itu dinamis, selalu mengandung unsur gerak dan usaha yang terarah pada satu tujuan. Jadi ada dorongan batiniah dan usaha pencapaian tujuan, sesuai dengan ide-idenya.
Menurut Adler, rencana hidup itu sudah terbentuk pada usia yang sangat muda, yaitu umur 3-4 tahun. Seorang individu yang memiliki inferioritas (kurang rendah diri, minder) karena tidak dapat melakukan apa yang sesuai dengan idenya maka akan terus berusaha mengadakan kompensasi. Kompensasi yang berhasil akan membawa individu tersebut merasakan harga diri yang riil namun tidak jarang juga usaha untuk melakukan kompensasi akan berubahh menjadi kompensasi lebih atau overkompensasi. Gaya hidup seseorang suah terbentuk dari usia yang sangat dini yang dapat terbentuk dari urutan kelahiran anak dalam suatu keluarga, ingatan-ingatan awal yang terjadi dan pengalaman pada masa kanak-kanak.
Ajaran Adler menyuburkan praktek-praktek pendidikan oleh dua sebab, yaitu:
1)      Ada asas tujuan yang ethis sifatnya, yaitu tuntutan untuk mampu bertanggung jawab, berani dan tabah menghadapi segala duka derita. Ajaran ini memaksa dirinya untuk melakukan introspeksi atau mawas diri dan membuang jauh-jauh kecenderungan-kecenderungan egois yang tersembunyi.
2)      Ada optimis pedagogis, yang menyatakan bahwa karakter itu bisa dipengaruhi dan didik secara intensif.
sedang kritik atau kekurangan pada ajaran Adler adalah:
1.      Dia terlampau menyederhanakan kehidupan psikis dan menyadarkan segenap penjelasan tingkah laku manusia pada Geltungstrieb, sedang dalam kenyataannya, kehidupan psikis itu jauh lebih kompleks adanya.
2.      Masalah pembawaan dan sifat keturunan/hereditas, tidak sangat ditonjolkan dan dia melebih-lebihkan pengaruh milieu.

E.     REFLEKSI TEOLOGIS
Gaya hidup merupakan slogan dari teori kepribadian Adler yang merupakan tema yang selalu diulang-ulang dalam semua tulisan Adler dan merupakan ciri sangat khas dari psikologinya. Gaya hidup adalah prinsip sistem dengan mana kepribadian individual berfungsi, keseluruhanlah yang memerintah bagian-bagiannya. Setiap orang mempunyai gaya hidup tetapi tidak mungkin ada dua orang menggembangkan gaya hidup yang sama. Gaya hidup terbentuk sangat dini pada usia 4 atau 5 tahun. sikap, perasaan, apersepsi terbentuk dan menjadi mekanik pada usia dini dan sejak itu praktis gaya hidup tidak bisa berubah.

Teori Adller yang berpusat kepada gaya hidup dan berpengertian kepada individualistis, yaitu  yang merupakan kesatuan dan ciri-ciri pribadi manusia. Kepribadian itu adalah totalitas atau kesatuan tunggal yang tidak bisa dibagi-bagi. Prinsip terpenting dari psikologi ini adalah finalitas dan teleology (teleos=tujuan).
Baik dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru sudah menekankan akan perlunya setiap orang percaya untuk memiliki sikap hidup yang benar. Penyaji mulai dari apa yang dituliskan dalam Ulangan 6:4-7, agar mulai mengajarkan kepada anak-anak akan kebenaran Firman Tuhan dan pengenalan akan Tuhan dimulai dari dalam sebuah keluarga bahkan ada penekanan untuk mengajarkannya secara berulang-ulang, dan membicarakannya baik ketika duduk, tidur, bangun bahkan mencakup kepada semua aktifitas yang ada dan yang menajdi tujuannya adalah agar anak dimulai untuk memiliki pengenalan yang baik kepada Tuhan dan itulah yang akan membentuk sikap dan gaya hidup mereka kelak. Setiap gaya hidup seseorang pasti berbeda satu dengan yang lainnya dan tidak aka nada yang mungkin sama secara keseluruhan dan terbentuknya sikap hidup dapat dimulai dari usia anak-anak, bahkan urutan kelahiran, lingkungan sekitar, sikap orang tua dapat membentuk kepribadian seorang anak. Penyaji menambahkan apa yang dipelajarinya baik dari sekolah, gereja dan masyarakat dapat menentukan sikap hidup mana yang ia akan miliki.
Sikap hidup (gaya hidup) yang dimiliki seseorang menentukan bagaimana tanggung jawab juga sikapnya terhadap orang lain. Sebagai contoh: jika seorang anak terbentuk dengan gaya hidup yang apatis maka dia akan mewujudkan sikap yang sama terhadap orang lain yang ada disekitarnya, namun jika ia terbentuk dengan penuh kasih sayang maka ia akan menjadi seorang yang penuh kasih bagi orang lain. Dalam Alkitab sering kita mendengarkan agar “hidup sebagai anak-anak terang” dengan menanggalkan manusia lama dan masuk kepada manusia baru. Pemahaman yang benar, pengenalan yang benar, serta pengajaran yang benar yang didapatkan seorang anak dari lingkungan, gereja, keluarga dan masyarakat akan membantu dia untuk terbentuk menjadi seorang anak yang memiliki sikap/gaya hidup yang sesuai dengan Firman Tuhan. Sikap/gaya hidup yang mungkin sudah salah terbentuk masih dapat diperbaiki pertama dengan kesadaran diri di dalam terang Firman Tuhan sehingga tidak akan menjadi penyakit kejiwaan yang dapat menggangu mental, psikis dalam kepribadian seseorang.


[1] Daniel Goleman & Kathleen Riordan Speeth, Esensial Psikoterapi, (Semarang: Dahara Prize, 1987), 30
[2] Kartini Kartono, Psikologi Umum, (Bandung: Penerbit Mandar Maju, 1996), 132
[3] Calvin S Hall & Gardner Lindzex, A.Supratiknya (ed), Teori-Teori Psikodinamik (Klinis), Psikologi Kepribadian 1, (Yogyakarta: Kanisius, 1993), 250-255
[4] Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), 704
[5] Ibid…, 329
[6] Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa …, 856
[7] Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: P.T Raja Grafindo Persada, 1998), 191
[8] Daniel Goleman & Kathleen Riordan Speeth, Esensial…, 31-38
[9] Calvin S Hall & Gardner Lindzex, A.Supratiknya (ed), Teori-Teori.., 241-242
[10] Kartini Kartono, Psikologi Umum,… 134
[11] Calvin S Hall & Gardner Lindzex, A.Supratiknya (ed), Teori-Teori Psikodinamik…, 242
[12] Kartini Kartono, Psikologi Umum, 132-133
[13] Calvin S Hall & Gardner Lindzex, A.Supratiknya (ed), Teori-Teori Psikodinamik…, 243
[14] Kartini Kartono, Psikologi Umum…, 134-135
[15] Daniel Goleman & Kathleen Riordan Speeth, Esensial…, 42